Bab 49

1.5K 172 46
                                    

Selamat membaca

Mahima menatap tajam setelah mendengar Ruka meminta izin untuk menyusul Ahyeon ke agensi. Mahima tau kalau Ruka akan berusaha membujuk Ahyeon, sayangnya Mahima sudah tidak bisa menerima Ruka. Baru beberapa hari ia merasa Ruka pantas untuk Ahyeon, tetapi terus rasa sakit yang di dapatkan oleh Ahyeon membuat wanita berusia 43 tahun itu memutuskan untuk tidak melibatkan keduanya lagi.

"Tapi ...." ucap Ruka memelas.

"Kamu tidak akan kemana-mana!" Mahima menegaskan.

"Aku harus menemuinya dan juga Riri. Aku harus memperbaiki semuanya, ada banyak yang rusak. Tolong," pinta Ruka.

"Saya tidak akan mengizinkan kamu lagi bertemu dengan Ahyeon. Sebelumnya saya berpikir kamu memang membutuhkan kehadiran Ahyeon, tapi kamu malah terus menyakitinya seperti ini. Saya rasa kamu tidak perlu lagi bertemu dengan Ahyeon di sini, tunggu sampai kamu keluar dari sini."

Ruka menunduk sembari berpikir dengan keras. Ia paham betul dengan kekecewaan yang sedang melanda perasaan Mahima. Ibu mana yang tidak sakit hati melihat anaknya terus menangis karena cinta?

Inilah yang Mahima takutkan sejak dulu, ini yang menjadi alasan Mahima tidak siap ketika Ahyeon jatuh cinta. Kalau sudah terluka separah ini siapa yang mau di salahkan?

Anaknya itu sangat keras sehingga tidak mau mendengarkan siapa pun. Ruka pun tidak bisa sepenuhnya di salahkan, dia sedang tidak normal secara psikis.

Dua perawat pria memegang lengan Ruka, mencoba membawanya kembali masuk ke ruangan. Namun, Ruka menolak dan memberontak.

"Tolong Dokter Jung, izinkan aku bertemu dengannya. Dia harus tahu!"

"Dia sudah cukup tau, sebaiknya kamu fokus pada terapi jangan yang lain," cetus Mahima.

Ruka memejamkan matanya sekilas, kemudian memindai situasi sekitar. Cukup ramai karena para pasien sakit jiwa sedang di bebaskan dan di biarkan. Ruka menginjak kaki kedua perawat yang menahannya, kemudian mendorong badan mereka hingga jatuh.

Ruka melarikan diri.

"Kejar dia!" seru Mahima.

Semua perawat laki-laki langsung mengejar kepergian Ruka. Siapa yang sangka kalau Ruka senekat ini kalau sudah serius. Ia tak memedulikan keselamatan nyawanya sendiri, ada banyak yang harus ia perbaiki jadi sebisa mungkin Ruka lolos dari kejaran.

Perawat memasuki mobil untuk bisa mengejar Ruka. Ruka berlari layaknya seorang buronan penjahat. Ia semakin mempercepat langkahnya ketika suara siren terdengar.

Ruka mengumpat sebal, kemudian menabrak beberapa orang yang menghalangi jalanan. Orang-orang di sekitar hanya kebingungan melihat Ruka berlari tak biasa seperti itu. Keringat sudah membasahi wajah, Ruka tak sempat membersihkannya.

Gadis itu memotong jalan dengan cara memilih area gang sempit. Ruka menatap ke sekitar mencari tau dimana ia sekarang.

"Masih jauh ke asrama," gumam Ruka sembari mengatur napasnya.

"Berhenti di sana!"

"Sial," geram Ruka kembali melarikan diri.

Orang-orang itu ternyata tidak menyerah mendapatkannya. Ruka semakin cepat melarikan diri, ia mengejar sebuah bus yang sedang melajut. Tangan gadis itu menggedor-gedor badan bus supaya berhenti.

Ruka menoleh ke belakang dimana orang-orang berbaju biru masih mengejarnya bahkan menggunakan mobil.

"Buka! Berhenti!" teriak Ruka pada supir bus.

Ia benar-benar sudah lelah dan tak sanggup lagi berlari. Rasanya kakinya sudah mau patah, Ruka meringis capek.

"Hentikan! Hentikan!" pinta Ruka.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang