Bab 40

1.3K 148 63
                                    

"Aku akan mencintaimu seperti bulan mencintai kegelapan" — Pharita

🦋 R U P H A J U N G 🦋

Hening.

Tidak ada suara atau pun pergerakan, Ruka atau pun Pharita sama-sama diam menatap lurus ke depan, mendadak ada kecanggungan di antara mereka. Pharita terus mencuri pandang, hanya ingin memastikan 'mantan kekasihnya' itu baik-baik saja.

Sejak keluar dari rumah sakit tempat rehabilitas, Ruka menjadi pendiam. Entah kenapa, mungkin sedang menahan rasa sakit?

Pharita meraih tangan Ruka yang menganggur. Dia menggenggamnya, kemudian tersenyum. Senyuman itu membuat Ruka ikut tersenyum, ia pun mempererat genggaman tangan mereka bahkan Ruka menyandarkan kepala di pundaknya.

"Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya gadis itu.

Ruka mengangguk pelan.

"Kamu terlihat stres, mau ke taman dulu?" Pharita memberikan tawaran, setelah mengetahui keadaan Ruka tentu saja gadis itu menjadi banyak belajar tentang cara menghadapi orang yang gangguan mental.

"Aku baik-baik saja," balas Ruka melirik sedikit ke atas.

"Tau, tapi kamu terlihat stres. Ada yang sakit atau terluka?" Dia kembali bertanya penuh khawatir.

"Katakan saja kamu mencintaiku," ucap Ruka.

Pharita bungkam, tetapi dadanya bergemuruh seperti akan ada sebuah ledakan besar di sana. Ia melepaskan tangan Ruka secara perlahan, tiba-tiba merasa gugup dan mencuri perhatian Ruka.

"Ada apa?" tanya Ruka merasa bingung. Tidak biasa gadis itu susah menyebutkan kata cinta padanya.

"Pak, kita mampir dulu ke meteor garden, ya," ucap Pharita kepada supir dan mengabaikan Ruka di sampingnya.

Ia tidak bisa memenuhi permintaan Ruka, hatinya bimbang dan ia berada di ambang kebingungan. Jika di tanya bagaimana perasaannya, tentu saja cinta itu masih tersisa di dalam sana hanya saja terlalu egois kalau ia mengikuti sisa rasa dari cinta itu.

Ruka melipat tangan di dada menatap Pharita dengan jeli, cukup sakit hati atas sikap Pharita yang mengabaikannya.

"Aku mencintaimu," ujar Ruka.

"Aku tahu," balas Pharita menatap sekilas.

"Lalu kamu?"

"Entahlah."

Dahi Ruka menyerit dengan sempurna, sungguh ia tak paham kenapa Pharita-nya berubah menjadi begini? Kenapa terlihat sulit baginya mengatakan aku mencintaimu padahal itu kata yang mudah untuk di ucapkan.

Ruka sedikit mengubah posisi menjadi miring guna memudahkannya memeluk Pharita. Pelukan itu terasa hangat dan nyaman seperti biasanya, sudah sejak dulu Pharita adalah tempat terbaik untuk pulang. Tak peduli sebarapa berat dan menyakitkannya obat-obatan itu menyerang dirinya selama pelukan masih ada, Ruka merasa baik-baik saja.

Tentu saja hanya dengan Pharita semua tekanan Ruka menghilang. Mantan pacarnya itu selalu mampu membuatnya merasa tenang dan kembali pada mood yang baik. Ruka semakin mencintainya, karena setiap hal yang ia habiskan bersama Pharita sangatlah indah dan berkesan.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang