Bab 63

1.2K 161 36
                                    

🦋 Selamat Membaca 🦋

Mereka hanya punya waktu setengah jam sebelum berangkat ke agensi. Namun, Ruka masih belum kembali. Ahyeon sangat cemas memikirkannya, ia takut Ruka kenapa-napa sebab hal ini mirip dengan kejadian kemarin di tempat permainan ski lalu Ruka bersikap aneh.

"Ahyeon," sapa Asa terus berusaha memberi gadis itu pengertian kalau Ruka baik-baik saja dimana pun dia saat ini.

Ahyeon tidak bergeming sama sekali, pikirannya kacau, dadanya sesak mengetahui bangkai merpati mereka sudah tidak ada. Ia mulai merasa kalau kematian merpati ini ada hubungannya dengan hilangnya Ruka.

Bagaimana kalau merpati mati itu ternyata membawa pertanda buruk untuk Ruka atau dirinya?

"Kemana bangkai merpatinya?" tanya Ahyeon.

"Euh ... itu ... tadi pagi aku sempat menawarkan pada Ruhi untuk menguburnya bersama-sama," jawab Pharita.

"Hanya itu?" Ahyeon bertanya dengan nada suara yang berbeda. Terdengar dingin dan tegas.

Pharita mengangguk membenarkan, di keadaan seperti ini ia tak bisa mengatakan kebohongan atau semuanya akan memburuk, entah ada yang percaya atau tidak yang jelas ia sudah berkata jujur.

"Ahyeon, tenanglah dulu. Jangan berpikir macam-macam oke?" ujar Rami.

"Kalau sampai terjadi sesuatu sama Kakak, aku tidak bisa memaafkan kelalaian diriku sendiri," ucap Ahyeon pergi melewati para trainee.

Hanya ada satu tempat yang memungkin dimana Ruka berada saat ini, itu pun kalau Pharita berkata jujur. Taman belakang gedung asrama, Ruka pasti mengubur merpati itu di sana.

Ahyeon menuju ke sana di susul oleh para trainee. Mereka terlihat cemas dengan apa yang akan Ahyeon lakukan. Ketegangan ini tidak biasanya terjadi.

Kosong.

Tempat ini kosong. Ruka tidak ada di sana, Pharita berkata benar tetapi Ruka sudah tidak ada di sana. Ahyeon mendekati pohon besar yang ada di sana, tidak ada bekas gali kuburan di sana kecuali kebakaran kecil.

Benar.

Ruka tidak mengubur merpati itu, tetapi membakarnya bersama dedaunan kering. Ahyeon meringis sakit hati, terduduk dengan putus asa.

"Bagaimana?" tanya Asa.

"Dia tidak mengubur merpati itu, tetapi membakarnya bersama daun-daun kering ini. Kita terlambat," balas Ahyeon menunduk sedih.

"Ini pertanda buruk."

"Jangan langsung berpikir begitu Ahyeon. Memang ada macam untuk mengurus kematian bukan? Meskipun ini hanya burung tapi mungkin saja Ruka melakukan kremasi," ucap Pharita.

"Itu masalahnya!" tegas Ahyeon menatap tajam semua trainee.

"Hanya Tuhan yang boleh membakar makhluk hidup. Menurutmu kenapa Tuhan menciptakan neraka? Untuk membakar mereka semua dan para maunsia di larang membakar makhluk hidup karena hanya Tuhan yang boleh melakukannya."

"Sial," desis Ahyeon. "Kuharap tidak ada korban lagi."

Para trainee di buat bungkam dengan penuturan Ahyeon barusan. Dia memang sangat religius, begitu dekat dengan sang pemilik alam semesta.

"Dia tidak mungkin melakukan semua ini sendirian. Pasti ada yang membantunya," ujar Rora menatap semua trainee.

"Sama seperti kematian Eunjae, tiba-tiba semua bukti hilang begitu saja bahkan media langsung lenyap begitu saja. Riri satu-satunya saksi pun hampir di hilangkan," tambah Rora.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang