Bab 21

1.2K 139 14
                                    

Ahyeon terlihat seperti orang linglung, kejadian kemarin sulit untuk dia terima. Benaknya masih berpikir, tidak mungkin Ruka melakukan hal ini kepadanya. Namun, kembali tertampar oleh kenyataan dimana tangannya mendapat perban.

Ahyeon mengubah posisi menjadi duduk. Ia memandang ruangan putih tanpa siapa pun selain dirinya. Rupanya kedua orang tuanya sedang tidak ada.

Ceklek!

Suara pintu terbuka terdengar oleh telinganya. Gadis bermata cokelat itu menoleh menunggu siapa yang datang menemuinya di pagi-pagi begini? Begitu sepatu mulai terlihat, Ahyeon tersenyum lega.

Itu Sunghoon, sang ayah.

"Loh, tuan putri yang jagoan sudah bangun rupanya," ucap pria sebaya itu.

Ahyeon hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Sunghoon duduk di samping Ahyeon, lebih tepatnya di samping ranjang yang sama. Dia mengusap lembut surai rambut milik sang anak.

"Bagaimana keadaannya sekarang? Sudah lebih baik?"

Ahyeon kembali mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata. Sunghoon mencoba untuk memahami keadaan Ahyeon, mungkin saja anaknya ini masih shock atas kejadian kemarin.

"Daddy bawakan sesuatu buat kamu," ucap Sunghoon memberikan sebuah paper bag kepada Ahyeon.

Tatapan mata Ahyeon seolah bertanya, ini apa?

Sunghoon mengeluarkannya, ternyata sebuah stiker berbentuk jenis sapi. Ahyeon yang sangat menyukai tentang sapi melebarkan senyumannya. Dia sangat senang, apalagi ketika Sunghoon menempelkan stiker sapi di perban tangannya.

"Cepat sembuh ya tangannya," ujar Sunghoon.

Ahyeon mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Kalau Daddy boleh tahu, kenapa lukanya bisa bergambar kupu-kupu?"

Ahyeon menatapnya.

"Keren loh, berbentuk kupu-kupu yang sangat detail. Kata dokter, mungkin seminggu kamu di perban atau sampai lukanya kering," kata pria paruh baya itu.

Ahyeon diam-diam mengusap tangannya yang di perban menggunakan tangan kiri yang di infus.

Dan Sunghoon masih menunggu jawaban atas pertanyaannya. Pria itu sadar kalau dalam situasi seperti ini Ahyeon tidak bisa di ajak bicara apalagi di paksa. Sebisa mungkin pria itu menahan diri untuk tidak memaksa Ahyeon mengatakan yang sejujurnya terjadi.

Karena biasanya, Ahyeon tidak pernah menyembunyikan apa-apa darinya. Gadis itu selalu membagi apa yang dia alami atau dia rasakan tanpa di minta.

Sunghoon melihat tangan kiri Ahyeon bergerak yang di infus melepaskan satu stiker, kemudian menempelkannya di pipi Sunghoon.

Gadis bertubuh mungil itu tersenyum. Kemudian bertanya, "Mommy mana?"

"Masih di rumah, mungkin lagi masakin kamu makanan. Memangnya kamu makan makanan rumah sakit?"

"Iww, tidak mau!"

Sunghoon terkekeh sambil mengusap pucuk kepalanya. "Jadi ... apa yang terjadi? Bagaimana kupu-kupu ini tergambar di telapak tangan kamu," ucap pria sebaya itu meniup tangan Ahyeon.

"Janji dulu Daddy tidak akan marah."

"Kenapa Daddy tidak boleh marah? Orang lain yang melukai kamu?"

Ahyeon menggeleng pelan. "Bukan orang lain, seseorang yang aku sayangi."

"Hmm, begitu, ya? Apa ini sebuah bentuk tanda kepemilikan?" tanya Sunghoon sangat penasaran.

"Begini cara dia mengklaim kamu miliknya?"

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang