Bab 43

1.7K 167 113
                                    


"Bukan saudara kandung bukan juga saudara organisasi, tapi jiwa persahabatan yang membuat kita paham bahwa menyakiti teman sendiri adalah penghianat paling berkelas"

🦋 R U P H A J U N G 🦋

Rami dan Asa terpaksa menarik Ahyeon menjauh, membawanya ke balkon supaya tempat terbuka membuatnya tenang, melihatn Ahyeon seperti itu membuat dua sahabat berpikir kalau Ahyeon sangat emosional melebihi batas normal.

"Sudahlah. Kamu tidak kasian melihatnya tertekan seperti itu?" ucap Asa.

"Dan dia tidak kasihan membuat Kakak beneran gila?" tanya Ahyeon mendelik tajam. "Katanya cinta tapi membuat orang yang dicintai masuk rumah sakit jiwa."

"Dia bilang terpaksa, 'kan?" ucap Rami pelan.

"Terpaksa atau engga, dia tetap membuat Kakak masuk rumah sakit jiwa! Kakak itu tidak gila, tapi dia terus membuat Kakak menjadi seperti orang gila. Aku tak mengerti, kenapa Kakak bisa mencintai orang egois sepertinya," cetus Ahyeon melipat kedua tangan di dada.

"Dia tidak pernah memikirkannya, tapi Kakak sangat mencintainya. Aku tidak mengerti."

Asa dan Rami sempat terdiam dengan perkataan Ahyeon, memang apa yang dilakukan oleh Pharita hari ini terkesan sangat egois dan tidak memikirkan keadaan Ruka nantinya. Kalau sudah fatal seperti ini siapa yang mau di salahkan?

Ahyeon sangat kesal sampai ingin rasanya mencakar saingannya itu. Fakta bahwa Ahyeon tidak bisa menggantikan posisi Pharita di hati Ruka membuatnya patah hati, bahkan sudah separah ini cara Pharita menyakitinya. Lalu kenapa Ruka masih mencintainya?

Sebenarnya siapa yang bodoh di sini?

Chiquita mendekati Pharita yang terduduk tak berdaya di lantai. Semua orang menyalahkannya dan Chiquita tak tahu harus ikut menyalahkannya atau tidak. Gadis itu menyentuh pundak Pharita dengan lembut.

"Unnie, kamu bisa menceritakannya padaku," ucap gadis itu.

"Aku harus mengatakan apalagi? Aku sudah bilang terpaksa melakukan semua itu, ini juga supaya Ruka kembali. Aku tidak nyaman dia terus ada di dekatku saat posisinya kekasih Ahyeon," balas Pharita.

Gadis itu mengusap air matanya dengan kasar mencoba tegar. "Karena aku bukan seorang pengkhianat. Tapi mereka memperlakukanku seperti aku adalah seorang pengkhianat." Dia tertawa getir atas nasibnya sendiri.

Chiquita segera memeluknya. "Tidak begitu, mereka cuma kesal kamu tidak bilang dulu sama mereka mau bertindak begini. Ahyeon Unnie sudah membawa kardus entah apa isinya tapi katanya itu untuk menyadarkan Ruka Unnie."

"Apa katamu?" tanya Pharita sangat terkejut.

Chiquita menunjuk kardus yang di bawa Ahyeon di atas meja. "Ahyeon Unnie akan menyadarkan Ruka Unnie dengan caranya sendiri. Mungkin itu sebabnya dia sangat marah padamu barusan, kamu merusak rencananya."

Jangan tanya betapa teririsnya perasaan Pharita. Semakin direlung rasa bersalah, apa ia terlalu gegabah tadi?

"Apa yang sudah aku lakukan? Aku menghancurkan dua orang," gumam Pharita.

Chiquita memeluknya karena tau rasanya mungkin sangat sakit, kalau tidak mana mungkin Pharita menangis sesegukan seperti ini?

Dia sendirian kalau tanpa Rora. Sejauh ini cuma Rora yang akan memahami keadaannya, hanya dia yang sangat mengenal Pharita sampai tidak akan ikut menghakiminya.

"Unnie sudahlah, aku di sini," bisik Chiquita khawatir.

"Mereka memang keterlaluan, tapi tolong maafkan mereka, ya? Kita semua adalah team."

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang