Bab 55

1.5K 161 73
                                    


🦋 Selamat Membaca 🦋

"Biar aku bantu," tawar Rora secara tiba-tiba, Asa sampai tercengang melihatnya.

"Tumben?" tanya Asa.

"Emang kenapa?" Rora malah balik nanya sambil mengeluarkan makanan dari dalam paperbag pemberian staf agensi, itu adalah menu sarapan mereka hari ini.

"Ya, gak masalah sih. Tapi bukannya males keluar kamar kalau bukan karena terpaksa?" ucap Asa sedikit mengejek gadis itu.

Rora menggerutu sebal, kalau begitu ceritanya ia menjadi malas membantu trainee lain kalau giliran membantu malah di ejek.

Asa terkekeh gemas. "Makasih, ya ... pacar," ucap Asa sengaja mengedipkan sebelah matanya.

Rora dengan refleks menutup Asa sembari melotot. "Stttt, biar apa kayak gitu?"

Asa menepis tangan Rora lalu kembali menata sarapan di meja, ia mengabaikan tatapan super tajam dari Rora. Meski begitu, Asa tetap tersenyum karena merasa gemas, ternyata Rora ingin menjalani hubungan secara diam-diam.

Jadi semalam tuh Rora bilang gini, aku gak tau, bagaimana kalau kita jalani aja dulu? Tapi jangan sampai ada yang tau, kalau ternyata aku nyaman kita terusin sampai menikah.

Dan Asa? Tentu saja merasa senang, karena akhirnya ia mendapatkan sebuah jawaban dari perasaannya itu.

Pasangan baru tersenyum satu sama lain, Rora segera berdehem ketika Rami sudah datang ke meja makan.

"Guys, ada yang liat Ahyeon? Dia gak ada di tempat tidurnya," ucap Rami menatap Asa dan Rora bergantian.

"Dia biasanya emang gak bisa tidur sih, tapi biasanya ada di ranjang. Lah ini malah gak ada, udah gitu di sofa depan juga gak ada," kata Rami menjelaskan sedetail mungkin.

"Tuh anak kemana njir? Bikin khawatir aja pagi-pagi," ucap Rami menghela gusar.

Asa dan Rora sempat melirik satu sama lain sebelum memberikan jawaban. Si rambut blonde sepertinya memang sangat khawatir karena mereka teman sekamar, wajar kalau Rami cemas Ahyeon tidak ada di kamarnya.

"Terakhir kali sama Ruka, mungkin dia ketiduran di kamarnya kali," jawab Asa.

"Emang dia beneran gak pernah bisa tidur kalau malem?" tanya Rora sangat penasaran.

Rami mengangguk lemah. "Iya, dia insomnia."

"Kan ibunya psikolog, harusnya bisa tau gitu penyebabnya apa," kata Rora.

"Justru itu yang bikin bingung, ibunya psikolog tapi anaknya insomnia parah. Kalau Ahyeon terganggu secara psikis kan bisa langsung ketahuan sama emaknya, ini mah engga," sahut Rami.

Asa mengangguk setuju sambil memberikan sarapan pesanan untuk Rami. Gadis berambut pirang itu menyambut dengan senang hati sarapannya kali ini adalah sup ayam, cuaca dingin kayak gini memang cocok sama yang hangat-hangat.

"Kok aneh, ya?" ucap Rora nampak bingung.

"Nanti kita tanyain aja, kenapa bisa insomnia parah. Itu kayaknya bukan sebuah gejala lagi," ujar Asa.

Rami mengangguk sangat setuju sambil mengacungkan dua jempolnya pada Asa. Dia sangat menikmati sarapannya walaupun yang lain belum datang.

"Selamat pagi!" seru Chiquita dengan semangat.

"Pagi bocil," sahut Rora.

"Bocil teriak bocil," ejek Chiquita sambil duduk di samping Asa. "Selamat pagi, Unnie."

Asa tersenyum sembari mengelus kepala anak itu. "Selamat pagi juga. Ini sarapanmu."

"Wow, aku suka. Terima kasih," ucap gadis itu dengan senyuman termanisnya.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang