Bab 33

1.2K 138 16
                                    

Yerim Park-psikiater yang di anjurkan oleh agensi untuk membantu Ruka-sudah menghela napas untuk ke sekian kalinya. Hari ini dia melihat Ruka tampak berbeda dari biasanya. Jika biasanya Ruka akan dingin dan tidak mau bicara seperti orang bisu, maka hari ini dia banyak tingkah dan banyak bicara seperti anak kecil.

Ruka tidak mau duduk meski sudah di mintai secara baik-baik oleh Yerim, bahkan Ruka terus menolak berhenti memainkan jam pasir yang ada di ruangan tersebut.

Yerim memilih duduk di kusrinya dan membiarkan Ruka puas jika menurutnya itu sedang bermain. Yerim tidak asal diam, dia memperhatikan Ruka dengan teliti tanpa harus hanyak tanya kepadanya.

Dokter wanita itu mengetuk meja menggunakan jari-jarinya.

"Boleh aku bawa pulang?" tanya Ruka terdengar khas seperti anak kecil.

"Duduklah dulu, aku ingin bicara denganmu."

Gadis itu menggeleng dengan tegas, entah kenapa dia tidak mau di ajak bicara padahal Yerim hanya ingin memastikan sesuatu. Karena Ruka menolak, Yerim memutuskan untuk mendekati Ruka yang masih sibuk bermain dengan jam pasir.

"Ruka," panggil Yerim dengan lembut, tak lupa tangannya mengusap lembut surai rambutnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Yerim.

Ruka menggelengkan kepalanya. "Tidak ada."

Tapi tiba-tiba dia mengulurkan tangannya di hadapan Yerim sambil tersenyum lebar, terlihat kedua matanya semakin menyipit. Yerim menerima uluran tangan gadis itu.

"Ruhi."

Degh.

Berdebar kencang jantung dokter Yerim mendengar penuturan gadis itu. Napasnya tercekat sesak dan merasa ruangan ini kekurangan oksigen. Yerim tak menyangka dengan apa yang barusan dia dengar.

"Ruhi?" ucap Yerim sangat shock.

Tanpa beban gadis itu menganggukan kepalanya dengan lucu.

"Tidak, kamu Ruka." Yerim berusaha memberitahu nama aslinya. Namun, Ruka kembali menggeleng.

"Bukan. Aku Ruhi."

"Kamu Ruka."

"Bukan. Aku Ruhi!" Dia memukul kepalanya sendiri.

Yerim jadi panik dan berusaha menahan serangan dari tangannya. Ruka tiba-tiba menjerit menyebutkan kalau namanya bukan Ruka tetapi Ruhi.

"Oke, oke. Baiklah, Ruhi hentikan," ucap Yerim akhirnya menurut.

"Hentikan," ucapnya dengan sangat lembut.

Ruka tidak lagi memukul kepalanya, dia memiringkan kepala menatap Yerim dengan serius seperti sedang mengintimidasi.

Yerim membuang napas kasar. "Baiklah, Ruhi. Namaku Yerim Park dan aku seorang dokter," ucap wanita itu memperkenalkan diri.

Ruka mengangguk.

"Dan berapa usiamu?" tanya Yerim sambil memperbaiki rambut Ruka yang berantakan.

Gadis itu memberikan sepuluh jarinya. Yerim terdiam beberapa saat, sepertinya ia mulai sadar kalau ini mungkin identitas Ruka yang lain?

Yerim tersenyum. "Mau duduk bersamaku di sana?" tawar Yerim.

Ruka menggenggam erat jam pasir di tangannya. Dia suka benda ini, ia suka melihat pasir-pasir ini berjatuhan kebawah.

Yerim mengusap rambut Ruka dengan lembut. "Kamu boleh membawanya."

"Benarkah?" Mata Ruka berbinar senang.

"Tentu saja, tapi duduk bersamaku. Mau?"

"Oke!" Ruka mengangguk patuh.

Yerim merasa lega karena akhirnya anak ini mau duduk bersamanya. Yerim menuntun Ruka untuk duduk di sofa cokelat yang terlihat empuk. Dokter wanita itu langsung menyiapkan beberapa alat dan dokumen untuk mencatat.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang