Bab 22

1.6K 161 31
                                    

Mahima mengempaskan napas kasar untuk entah ke berapa kali di hari ini. Ahyeon merengek meminta ingin pergi ke agensi dan lupa sama kondisinya sendiri. Sebagai seorang ibu yang amat sangat mengkhawatirkan keadaan sang anak, tentu saja Mahima tidak akan mengizinkam. Apalagi sampai detik ini Ahyeon belum mau bicara siapa yang sudah menyakitinya separah ini.

"Tidak. Mommy bilang tidak, ya, tidak," tukas wanita sebaya itu.

Ahyeon cemberut putus asa. Harus dengan cara apa lagi dia membujuk ibunya, jurus andalannya ternyata tidak mempan sama sekali.

"Aku bosan seharian di sini," kata Ahyeon sengana cemberut.

"Ada Mommy, Mommy bisa bacain kamu dongeng. Mommy juga udah bawain anak-anak kamu."

"Aku ingin ke agensi, Mommy. Aku masih bisa bernyanyi, yang sakit tanganku bukan suaraku atau pun kakiku. Ayolah~" Ahyeon merengek frustrasi.

"Lihat keadaanmu, astaga. Kamu ingin latihan dengan kondisimu yang seperti ini?" tanya Mahima.

"Mommy aku hanya terluka sedikit, bukan sekarat."

"Ahyeon!" tegas Mahima sambil menatap tajam.

"Mommy cobalah untuk mengerti. Aku bosan di sini."

"Kamu yang harusnya mengerti, keadaanmu itu parah. Kamu kehilangan cukup banyak darah, itu sebabnya kamu di infus!" tukas Mahima kesal.

"Dan aku masih hidup," kata Ahyeon.

"Heh!"

"Mommy~"

Mahima membuang napas kasar untuk ke sekian kalinya. Tatapan mata Ahyeon tidak boleh melemahkannya, ia tidak boleh goyah. Mahima berusaha untuk tegas kali ini.

"Mommy~"

"Bilang dulu sama Mommy, kenapa bisa terluka begitu?" tanya Mahima yang membuat Ahyeon mematung.

"Masih tidak mau bicara? Oke, jangan kemana-mana."

"Ish! Mommy, tapi---"

"Itu bukan ancaman, Ahyeon. Tetapi sebuah pilihan, kamu mau yang mana?" tanya Mahima menatap tegas.

Ahyeon dengan susah payah meneguk ludahnya sendiri. Baru kali ini ia melihat ibunya sangat tegas dan serius, biasanya semua pembicaraan mereka akan di selangi dengan candaan. Namun, kali ini tidak ada sama sekali.

Mahima tidak memberikan toleransi sedikit pun.

"Kamu sakit, jangan berlagak kuat," ucap Mahima.

"Aku harus bertemu dengannya, Mommy. Aku harus bicara dengannya," pinta Ahyeon.

"Kenapa? Kenapa kamu harus bertemu dengannya?" tanya Mahima begitu mendesak.

"Aku merindukan Ruka dan aku mencintainya."

"Ahyeon?"

"Mommy ingin sebuah jawaban bukan? Itu adalah jawabannya!" tegas Ahyeon.

"Dia menggambar kupu-kupu di tangaku karena aku adalah miliknya." Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, Ahyeon berani berbohong. Itu pun hanya untuk Ruka.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang