Bab 8

1.8K 163 32
                                    

Ruka tampak gelisah dan tidak nyaman, Pharita belum muncul padahal sudah lama ia pergi. Ruka harus memastikan bahwa dia tidak mengalami luka serius, tapi bagimana caranya?

Bagaimana caranya supaya ia bisa menyusul Pharita tanpa ketahuan?

Ruka berpikir dengan keras. Tiba-tiba saja otaknya memberikan sebuah ide. Ruka mengeluarkan ponsel di bawah meja, kemudian sengaja menekan nada dering supaya terlihat seperti ada telepon masuk.

Dan rencanaya berhasil, semua orang menatap ke arahnya.

"Maaf, aku harus menerima panggilan dulu," ucap gadis itu bangkit dari tempat duduknya.

"Jangan lama," sahut Ahyeon.

"Iya." Tanpa Ruka sadari ia mengelus pucuk kepala Ahyeon, lalu pergi meninggalkannya.

Dia mempercepat langkahnya sebab sangat khawatir pada Pharita. Begitu masuk ke toilet wanita, Ruka bingung dimana Pharita berada.

"Riri?" panggil Ruka menatap satu per satu pintu kecil.

"Riri jawab aku!" Dia semakin cemas.

"Riri, dengar, aku---"

Salah satu pintu terbuka menampilkan sosok Pharita. Ruka mendesah berat menatap mantan kekasihnya itu, ia mendekat dan memeriksa tangannya.

"Biar kulihat, bagaimana keadaannya?"

Pharita hanya diam membiarkan Ruka memeriksa keadaan tangannya, padahal tidak mengalami luka parah, hanya ... sedikit memerah karena air cukup panas.

"Apa sakit?" tanya Ruka khawatir.

Pharita tetap bungkam, entah kenapa tidak menolak setiap sentuhan dari Ruka. Ia diam dan membiarkan seperti sudah menunggu lama momen ini.

"Lain kali hati-hati. Kalau menjadi luka bakar bagaimana? Aku tidak mau kamu kenapa-napa," omel Ruka meniup telapak tangan Pharita.

Pharita menarik napas sedalam-dalamnya, ada rasa sesak menghantam bagian dadanya. Begitu tajam dan menusuk.

"Kenapa kamu ada di sini? Bagaimana kalau ada yang menyusulku dan melihat semua ini?"

"Aku mengkhawatirkanmu, kenapa lama sekali ada di sini?" tanya Ruka sambil mengambil sehelai tisu, kemudian sedikit membasahinya dengan air agar memberikan sensasi dingin bagi telapak tangan Pharita.

"Aku bisa membersihkannya sendiri," ucap Pharita.

"Aku tahu. Tapi aku tetap khawatir," kata Ruka.

"Aku tidak memintamu."

"Karena seperti itulah cinta!" Ruka membentak tanpa sengaja.

"Mengkhawatirkan orang yang kita sayang tanpa di minta," tambah Ruka dengan suara mereda.

Pharita terkejut, tetap menghindari tatapan dari Ruka. Ahyeon benar kalau Ruka adalah tipe pasangan yang idaman, dia begitu baik, romantis dan perhatian. Bahkan semua love language di borong semua.

Namun, fakta bahwa Ruka bisa berubah menjadi monster adalah kenyataan pahit yang harus di terima oleh Pharita. Dan dia tidak sanggup dengan fakta itu.

Keheningan mencekik Ruka. Ia benci situasi seperti ini, Pharita menghindari tatapan wajahnya.

"Ri, aku mengkhawatirkanmu. Bukan hanya karena terkena kuah, tapi juga karena perkataan Rora barusan."

"Tinggalkan aku sendirian, Ruru," ucap Pharita melihat ke arah lain.

Ruka memelas tak suka mendengarnya. Ia meraih tangan sang mantan kekasih dan menggenggamnya dengan kuat.

"Jangan menghindariku seperti ini. Kita harus bicara."

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang