Bab 66

1.3K 165 61
                                    

🦋 selamat membaca 🦋

Chiquita menutup pintu kamar, merasa sesak sebab menahan tangis. Ternyata dua orang itu bekerja sama untuk menghancurkan sayap mereka. Chiquita tak bisa menerimanya, ia sakit hati.

Unnie yang sangat dia banggakan setelah Asa ternyata tidak sebaik yang terlihat. Oh pantas saja Ahyeon sangat memusuhinya.

"Unnie," ucap gadis itu memaksa masuk ke dalam selimut Asa.

"Takut."

Asa berdecih sembari bergeser memberi sedikit ruang bagi teman sekamarnya itu. Ia mengelus rambut Chiquita karena gadis itu memeluk sangat erat.

"Takut kenapa? Mimpi buruk?"

Chiquta mengangguk. "Sangat buruk."

"Itu kan cuma mimpi buruk, tidak akan terjadi apa-apa," bisik Asa dengan lembut.

Chiquita malah semakin ketakutan dan semakin erat memeluk Asa. Gadis itu menyembunyikan wajah di ceruk leher Asa, tentu membuat Asa merasa khawatir tak biasanya Chiquita seperti ini.

"Tenang, tenanglah tidak akan terjadi apa-apa," bisik Asa selembut mungkin berharap bisa meredakan ketakutan Chiquita.

"Tarik napas dan tenanglah oke? Itu hanyalah mimpi buruk."

"Bukan mimpi buruk, tapi kenyataan buruk."

Asa menepuk pelan punggungnya. "Sekarang tidurlah bersamaku di sini."

Di pastikan kalau Chiquita tak bisa tidur karena memikirkan ancaman dari Ruhan. Ingin mengadu pada Asa, tapi ia takut pada Ruhan. Dan Chiquita tak bisa diam saja sementara ia tau siapa pelaku dari pembunuhan merpati itu, ternyata memang bukan Ruka.

****

Sementara di balkon, Ruhan dan Pharita masih terlibat pembicaraan yang serius. Pharita menolak perkataan Ruhan karena semua itu tidak masuk akal.

"Percaya sama aku Ri," tegas Ruhan.

"Kamu mikir dong, yang kamu omongin ini tuh semuanya hanyalah omong kosong, sama sekali tidak masuk akal. Kamu dan Ruka?" Pharita tertawa.

"Jangan membuatku ikutan gila sepertimu," cetus Pharita mendorong dada Ruhan.

"Kamu sungguh tidak percaya?" tanya Ruhan.

Pharita kembali menoleh, terpaksa menunda langkahnya demi menjawab pertanyaan Ruhan. Sebuah anggukan tanpa keraguan Pharita berikan sebagai jawaban, terlihat Ruhan berdecak sebal di sana.

Ruhan mengambil bangkai merpati yang tergeletak di lantai. "Sekarang aku tanya, kenapa kamu mematahkan sayap Rora?"

"Bukan urusanmu."

"Dia teman baikmu?"

Pharita membuang napas gusar. "Jangan ikut campur, kamu itu tidak tau apa-apa Ruka!"

"Aku Ruhan dan bukan Ruka!" Dia membentak sembari melempar kasar merpati itu. Pharita terlonjak kaget hingga kedua kakinya bergetar takut.

"Kenapa kamu tidak percaya ha!"

Ruhan mendekat kemudian mencekal kuat lengan gadis itu. Tampak jelas kalau Pharita merintih kesakitan sembari berusaha membekaskan diri. Hal ini memberinya perasaan dejavu, Ruhan pernah melakukan ini padanya, lebih tepatnya sewaktu di tangga waktu itu, waktu Ruhan menyengat lengannya dengan putung rokok.

Pharita menatap Ruhan dengan tatapan tak percaya. Orang di hadapannya ini benar-benar Ruhan yang sama seperti malam itu. Sorot matanya tajam penuh kemarahan, kebencian dan dendam.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang