Trainee Wala Love | END

Bab 51

🦋 Selamat Membaca  🦋

Pada jam kelas terakhir, Ahyeon yang baru saja kehilangan seseorang yang sangat berharga dan dia cintai, mengangkat tangannya dengan ragu. Dengan suara bergetar, dia bertanya, "Guru, apakah benar waktu menyembuhkan semua luka?"

Guru menatap Ahyeon dengan penuh kasih sayang, melihat kesedihan di matanya. "Iya, Ahyeon," jawab gurunya lembut, "Waktu memiliki kemampuan luar biasa untuk menyembuhkan luka-luka kita, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat."

Ella seorang murid yang selalu ingin tahu, menambahkan, "Tapi Guru, meskipun luka sembuh, mengapa kita merasa masih ada bekas yang tertinggal?"

Guru itu mengangguk pelan, merenung sejenak sebelum menjawab, "Waktu memang menyembuhkan semua luka, tetapi ia meninggalkan bekas yang abadi. Luka mungkin sembuh, namun bekasnya adalah pengingat dari apa yang telah kita lalui."

Hanni yang selalu berusaha untuk memahami makna mendalam dari setiap pelajaran, bertanya, "Apakah bekas luka itu penting, Guru?"

Pria berkacamata kesayanganya itu tersenyum dan berkata, "Sangat penting, Hanni. Bekas luka adalah tanda bahwa kita telah melalui pengalaman yang membentuk dan mengajari kita. Mereka adalah simbol dari kekuatan dan kebijaksanaan yang kita peroleh dari setiap kesulitan."

Gaeul yang pernah mengalami kehilangan mendalam, bertanya dengan suara pelan, "Guru, apakah ini berarti kita harus menerima bekas luka kita sebagai bagian dari diri kita?"

Gurunya mengangguk dengan penuh pengertian. "Betul, Gaeul. Bekas luka adalah bagian dari identitas kita. Mereka menunjukkan bahwa kita telah menghadapi rasa sakit dan bertahan. Mereka adalah bukti dari ketahanan dan keberanian kita.”

"Guru, bagaimana kita bisa melihat bekas luka ini secara positif?" tanya Ahyeon.

"Pertanyaan bagus," jawab guru pria itu.

Dia menatap Ahyeon dengan mata penuh kebijaksanaan dan berkata, "Anggaplah bekas luka sebagai tanda dari keberanian dan ketahananmu. Mereka menunjukkan bahwa meskipun kamu terluka, kamu mampu pulih dan tumbuh. Bekas luka adalah bagian dari perjalananmu menuju kebijaksanaan dan kekuatan yang lebih besar."

Myungjoo murid tertua yang jarang berbicara, bertanya dengan suara lembut, "Guru, apakah Anda pernah merasakan luka yang meninggalkan bekas?"

Dia tersenyum penuh arti, mengenang masa lalunya. "Tentu saja. Setiap orang, termasuk saya, memiliki bekas luka dari pengalaman hidup mereka. Ketika saya masih muda, saya kehilangan seorang guru yang sangat saya cintai, yang dihukum mati dengan tidak adil. Rasa sakit kehilangan itu adalah luka yang mendalam, namun seiring waktu, saya belajar untuk menerima dan memahami. Bekas luka itu mengingatkan saya akan kebijaksanaan yang dia ajarkan dan keberanian yang dia tunjukkan hingga akhir hayatnya."

Para murid mendengarkan dengan penuh perhatian, terharu oleh cerita guru mereka.

Ahyeon dengan suara yang lebih tenang, bertanya, "Jadi, Guru, apa yang bisa kita pelajari dari waktu dan bekas luka?"

Guru itu menatap murid-muridnya dengan penuh kebijaksanaan dan berkata, "Belajarlah bahwa waktu adalah penyembuh yang lembut dan bekas luka adalah pengingat yang bijak. Mereka mengajarkan kita tentang kekuatan, ketahanan, dan kebijaksanaan. Terimalah bekas lukamu, karena mereka adalah bagian dari siapa dirimu dan perjalananmu dalam hidup ini."

Murid-muridnya duduk dalam keheningan, merenungkan kata-kata dari sang guru. Mereka menyadari bahwa bekas luka adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia, simbol keberanian, kejujuran, dan perjalanan hidup yang mendalam.