🍒59

433 26 8
                                    



Setelah para tamu mulai undur diri, hanya sisa-sisa kemeriahan dari acara megah yang masih terasa di aula. Lampu-lampu redup dan suara percakapan perlahan menghilang, meninggalkan ruang kosong yang penuh kenangan. Keluarga Jung dan Kim mulai memasuki kamar masing-masing, meskipun beberapa orang masih berada di aula untuk memastikan semuanya selesai dengan baik.

Jeno melangkah memasuki kamar dengan langkah pelan, matanya menyapu sekeliling ruangan hotel yang telah dihias dengan begitu indah. Namun, pandangannya berhenti saat ia melihat Beomgyu tertidur di ranjang. Tubuh Beomgyu tampak sedikit memiring, wajahnya yang cantik terbenam dalam kelelahan, namun tetap memancarkan ketenangan. Nafas Beomgyu teratur, meskipun guratan lelah terlihat jelas di wajahnya, tanda bahwa hari panjang ini benar-benar menguras energi.

Jeno perlahan berlutut di sisi ranjang, tatapannya penuh dengan cinta dan kelembutan. Ia membiarkan matanya menelusuri setiap detail wajah Beomgyu pipi yang sedikit merona, bibir yang terkatup rapat, dan rambut yang tergerai di atas bantal. Semua itu membuat hati Jeno terasa hangat, seolah ada ratusan perasaan yang memenuhi dadanya.

"Tidur yang nyenyak, sayangku," bisiknya pelan, hampir seperti sebuah doa. Lalu, dengan hati-hati, ia mencium bibir Beomgyu, memberi ciuman lembut yang hampir tak terdengar. Beruntung, Beomgyu tetap terlelap, tak terbangun oleh sentuhan lembut itu. Jeno tersenyum tipis melihat betapa cantiknya Beomgyu dalam tidur yang penuh kedamaian.

Setelah beberapa saat, Jeno berdiri perlahan, mengalihkan pandangannya sejenak ke jendela, sebelum akhirnya ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Badannya mulai terasa pegal, lelah setelah seharian berlarian menyapa para tamu dan memastikan semuanya berjalan lancar. Namun, meskipun kelelahan menyelimuti tubuhnya, hatinya terasa begitu ringan, bahagia karena hari itu hari yang begitu istimewa akhirnya telah datang.

Setelah selesai membersihkan dirinya, Jeno kembali ke kamar dan dengan hati-hati mendekati Beomgyu yang masih tertidur di ranjang. Ia mengisi sisi kosong kasur dengan lembut, merapatkan tubuhnya ke tubuh Beomgyu. Pelukan hangatnya melingkupi tubuh Beomgyu, seolah ingin menyalurkan semua kebahagiaan yang mengalir dalam dirinya pada malam itu. Jeno menarik napas dalam, menikmati ketenangan yang terasa begitu sempurna saat ini.

"Kakak hari ini dibuat jatuh cinta lagi, dan lagi, ke adek," bisiknya dengan penuh kelembutan, suara yang hanya bisa didengar oleh Beomgyu.

Gerakan Jeno membangunkan Beomgyu yang perlahan membuka mata. Senyum lembut menghiasi wajah Beomgyu saat matanya menangkap sosok Jeno di sampingnya. Dengan pelan, Beomgyu mengubah posisinya, kini menghadap Jeno. Setelah merasakan pelukan Jeno sedikit melonggar, ia mendongak, menatap mata Jeno dengan penuh makna.

"Loh, udah bangun sayang?" tanya Jeno, suara lembutnya penuh perhatian.

"Ung," jawab Beomgyu lirih, suaranya serak karena baru terbangun. Namun, beberapa detik kemudian, ia mencondongkan tubuh dan mencuri sebuah kecupan manis di bibir Jeno.

"Sayang... Makasih ya, sudah mencintai adek sedalam ini," ucap Beomgyu dengan suara penuh perasaan, tangan lembutnya mengusap pipi Jeno, merasakan kehangatan yang ada di sana. "Adek juga cinta kakak," tambahnya, lirih namun begitu tulus.

Jeno tersenyum, hatinya penuh dengan kebahagiaan mendalam mendengar kata-kata itu. Namun, sebelum Beomgyu menarik dirinya, Jeno menahan tengkuk Beomgyu dengan lembut, memiringkan wajahnya sedikit, dan mencium bibir Beomgyu dalam ciuman yang lebih dalam. Apa yang dimulai sebagai kecupan lembut, kini berubah menjadi lumatan penuh gairah. Keheningan malam menjadi saksi bisu dari ciuman mereka yang penuh dengan cinta dan tak terucapkan, sebuah janji yang terbentuk dari kebahagiaan yang tak akan pernah pudar.

Entah sadar atau tidak bibir Jeno berpindah ke leher beomgyu mengecup pelan dan terkadang menyesapnya, sehingga menimbulkan bercak kemerahan di leher mulusnya , tak lama setelah itu, Beomgyu menggeliat, gerakannya begitu lembut saat dia mendekatkan wajahnya ke rahang Jeno mengecupnya dengan lembut, dan bibir nya ia bawa ketelinga Jeno, Tanpa peringatan, Beomgyu meniup pelan telinga Jeno dengan gerakan halus, yang membuat tubuh Jeno semakin merinding. Rasa panas dan geli menyebar di seluruh tubuhnya, dan ia menahan nafasnya, mencoba menahan reaksi tubuhnya.

Jung BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang