"Sayang bangun, kau harus minum obat," ucap Karina sambil mengguncang pelan tubuh Jeno, mencoba membangunkannya.
Jeno menggeliat, merasakan kepalanya yang pusing dan tubuhnya yang lemas. Meski begitu, ia masih sadar. Gadis yang ada di depannya bukan Beomgyu, melainkan Karina, kekasihnya.
"Mana Beomgyu?" tanya Jeno dengan suara pelan, matanya sedikit terpejam karena masih merasa pusing. Karina hanya mengangkat bahunya, tampak tidak terlalu peduli.
"Makanlah dulu. Aku sudah membuatkanmu bubur," ucap Karina, berusaha mengalihkan perhatian Jeno.
Jeno mengernyitkan dahinya, bingung. Sejak kapan Karina mau menginjakkan kaki ke dapur?
"Gue tanya, mana Beomgyu?" tegas Jeno, suaranya mulai terdengar lebih serius.
Karina menghela napas pelan, sedikit kesal.
"Tidak bisakah, ketika kita berdua, kau tidak membahas orang lain?" jawab Karina dengan nada datar, tapi mengandung penekanan. "Aku nggak peduli yang kau bicarakan adikmu atau bukan," lanjutnya, berhenti sejenak untuk mengatur nafas. "Akhir-akhir ini kau selalu menolak ketika aku butuh waktumu, alasannya menjaga Beomgyu. Apa pentingnya Beomgyu bagimu, Kak Jen? Hah! Bukankah selama ini kau acuh padanya?"
Suara Karina sedikit meninggi, menunjukkan emosi yang sudah lama terpendam. Jeno menatapnya dengan wajah yang mulai serius, merasa ketegangan di antara mereka semakin terasa.
"Diam, Karina... Kalo lo enggak tau apa-apa, diam saja. Jangan ngebuat gue marah," ancam Jeno dengan suara rendah, namun tegas.
Karina terdiam sejenak, menahan emosinya yang semakin memuncak. "Makanlah dulu," ucapnya, mencoba dengan lembut, namun Jeno tetap tidak membuka mulutnya. Ia menghela napas berat, matanya menatap kosong ke depan. Sejujurnya, Jeno enggan makan bukan karena rasa sakit yang ia rasakan, tapi entah kenapa ia tidak memiliki sedikit pun nafsu untuk makan, terutama ketika bubur itu ada di tangan Karina.
Lantas, Karina yang merasa putus asa meletakkan mangkuk buburnya ke meja di sebelah tempat tidur Jeno, ia tampak kecewa.
"Tidak bisakah kau sekali saja berlaku manis padaku, Kak Jen?" kata Karina, suaranya sedikit bergetar. "Aku rindu dirimu yang dulu... yang selalu mengiyakan apa yang aku mau," lanjutnya, sambil mendekat ke arah Jeno dengan langkah pelan.
Jeno menatap Karina, merasakan kesulitan untuk menjawab, karena dalam dirinya, perasaan itu terasa semakin memudar atau lebih tepatnya tidak pernah ada.
"Karina..." panggil Jeno pelan, suaranya hampir berbisik, namun cukup untuk membuat Karina mendengar dan menoleh padanya.
"Gue minta maaf," ucap Jeno dengan nada berat. "Kalau selama ini gue ngeabaikan lo, gue udah nyakitin lo. Gue tahu gue berengsek. Nggak seharusnya gue ngasih harapan yang gue tau nggak akan bisa gue wujudin."
Jeno menghentikan ucapannya, menatap Karina dengan mata penuh penyesalan. Sementara itu, Karina menggeleng kuat, air mata mulai menggenang di matanya. Ia tidak ingin mendengar kata-kata itu, tidak ingin kehilangan Jeno, apa pun alasannya.
"Ayo udahan, Rin," lanjut Jeno tegas "Gue nggak mau nyakitin lo lebih jauh. Lo berhak dapat yang lebih baik dari gue, seseorang yang bisa bener-bener ada buat lo."
Karina menggeleng semakin keras, matanya kini benar-benar basah oleh air mata yang tidak bisa ia tahan lagi. Kata-kata itu, yang selama ini ia takutkan, akhirnya terucap dari bibir Jeno.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Beomgyu
Fiksi Penggemar✿꙳Completed꙳✿ Kamu tau apa yang aku inginkan? Sederhana saja Kebahagiaan hanya itu saja tidak lebih Demi kepentingan cerita Beberapa karakter di ubah menjadi gs uke=gs