Seorang gadis tampak berlari tunggang langgang menuju sebuah rumah besar di tengah hutan.
Pakaiannya sudah penuh lumpur dan compang-camping.
Bahkan darah segar menetes dari beberapa bagian tubuhnya yang terluka akibat ulah keji seseorang.
Gadis itu berlari meminta pertolongan pada si penghuni rumah yang dia datangi. Sayangnya, rumah itu sepi seperti tak berpenghuni.
"Apakah ada orang yang bisa menolongku? Tolong aku... Ada orang yang ingin membunuhku!" Teriak gadis itu sembari menangis.
"Tolong... Tolong aku..."
Kepalanya menoleh ke segala arah sekedar waspada takut-takut si pembunuh sudah dekat.
Susah payah gadis itu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga berharap barangkali ada orang di atas sana yang bisa menolongnya, tapi naas, sebuah tangan berhasil menarik kaki si gadis hingga tubuh ringkih gadis itu terseret menuruni tangga dan berakhir di lantai dingin dengan beberapa luka memar.
Kepala gadis itu menggeleng dengan suaranya yang terdengar lirih dan memelas dia memohon pada sosok mengerikan dihadapannya supaya tidak menyakitinya lagi.
Sudah cukup tubuhnya menjadi bulan-bulanan sosok itu hingga dia hampir saja kehilangan nyawa.
Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain sehingga memberinya kesempatan untuk bisa melarikan diri. Meski saat ini, dia merasa tak lagi memiliki harapan apapun. Tubuhnya sudah benar-benar lelah. Dia tak mampu lagi berlari. Bisanya hanya terseok mundur di lantai dingin itu, berharap sosok dihadapannya kini berbelas kasih padanya.
Sebuah parit yang berada digenggaman sosok manusia di hadapannya sudah terayun ke atas hendak menebas leher si gadis yang menjadi mangsanya, ketika seseorang lain justru datang dari arah tak di sangka-sangka.
Sosok manusia iblis itu pun rubuh dengan bersimbah darah tepat di sisi sang gadis yang ketakutan.
Hingga saatnya, tatapan si gadis bertemu dengan sosok lain yang baru saja menyelamatkan nyawanya.
"Gibran?" pekik sang gadis.
Lalu dia terbangun.
Peluh bercucuran di sekujur tubuhnya.
Napasnya tersengal tak beraturan.
Ternyata, kejadian mengerikan yang baru saja dia rasakan hanyalah mimpi.
Sebuah mimpi buruk yang sepertinya terasa sangat nyata.
Gaby menutup wajahnya yang kini malah tertunduk dalam tangis. Entah kenapa, perasaannya mendadak sedih.
Kenapa dia jadi seperti ini lagi?
Padahal sebelumnya, dokter spesialis kejiwaannya sudah mengatakan bahwa Gaby sudah sembuh dari luka traumatik pasca kehilangan sang Ibunda tercintanya dahulu.
Apa mungkin, mimpi-mimpi buruk itu kembali hadir akibat perasaan bersalah yang Gaby rasakan terhadap seseorang?
Sejauh ini, Gaby memang sangat menyesali perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Romance"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...