"Ayo dong, Gab bantuin gue. Please..." ucap Gibran memohon. "Lo cuma perlu mengalihkan perhatian Bodyguard-bodyguard yang berjaga di depan pintu apartemen Mirella supaya gue bisa masuk ke sana, selebihnya biar gue yang urus. Dengan posisi lo sebagai keponakan Freddy, gue pikir kedua cecunguk berkepala botak itu nggak akan curiga," jelas Gibran penuh harap. Dia pikir ini cara terbaik yang paling masuk akal dan paling aman agar dirinya bisa memasuki apartemen Mirella tanpa halangan.
"Gue janji deh, kalo lo berhasil nolongin gue masuk ke apartemen Mirella, gue bakal kasih lo tiga permintaan yang bakal gue kabulkan tanpa adanya bantahan," tambah Gibran sambil tercengir lebar.
Melihat kesungguhan Gibran, Gaby jadi tidak tega.
"Tiga permintaan?" tanya Gaby memastikan.
Gibran mengangguk. "Anggap aja gue ini jin yang ada di dalam lampu ajaib, oke?" Gibran malah bercanda, membuat Gaby jadi tertawa.
Gaby melipat kedua tangannya di depan dada. Dia menaikkan kaki kirinya hingga bertumpu dengan kaki kanannya. Wanita bergaun tidur itu tampak berpikir.
Gaun tidur Gaby yang pendek sontak terangkat bersamaan dengan gerakan kaki Gaby hingga sebelah paha Gaby yang mulus terpampang jelas di hadapan Gibran.
"Kurang tinggi angkat kakinya," ucap Gibran saat itu. Tatapannya nakal ke arah Gaby.
Sadar dirinya kembali jadi bahan ejekan Gibran, Gaby buru-buru mengambil bantal untuk menutupi pahanya.
"Cih, mesvm!" makinya dengan pipi merona.
Gibran tersenyum kecut. Gibran tahu, berdekatan dengan Gaby itu berbahaya. Sebab apa yang ada pada diri Gaby selalu sukses memancing sy4hw4tnya.
Untungnya dia tipe lelaki yang pintar menahan nafsv. Jika tidak, sudah Gibran pastikan, Gaby habis dia terkam sejak tadi.
"Jadi gimana? Setuju kan bantuin gue?" tanya Gibran mulai tidak sabaran. Dia menyenggol bahu Gaby dengan bahunya.
Gaby melirik sekilas ke arahnya dan mengacungkan jari kelingkingnya. "Oke deal."
Gibran tersenyum.
Dia menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Gaby. Hingga setelahnya mereka tertawa bersamaan.
*****
Malam itu Gaby ikut pulang bersama Gibran ke rumah mereka di Raffles.
Di perjalanan Gaby minta dibelikan es krim pada Gibran.
Gibran membeli dua es krim magnum.
Lelaki berjaket kulit coklat itu baru saja keluar dari minimarket dan hendak memasuki mobil, tapi tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Gaby.
Gaby menarik Gibran ke arah seberang minimarket, di mana di lokasi tersebut terdapat taman bermain umum.
"Lo inget nggak, dulu waktu SMP kita sering main ayunan sambil makan es krim di taman bermain umum dekat sekolah?" tanya Gaby saat mereka sedang menyeberang jalan.
"Ya inget, lo kan paling getol ke sana karena pengen liat kakak kelas main basket di lapangan yang ada di sebelah taman itu, kan?" balas Gibran acuh. Gibran terlihat tidak senang mengingat hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Roman d'amour"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...