Pagi harinya, Gaby bangun lebih dulu dari pada Gibran. Percakapan panjang yang terjadi antara dirinya dengan Gibran semalam, terasa membekas di hati Gaby.
Walau menyakitkan, tapi Gaby berusaha untuk menerima apa yang menjadi keputusan Gibran dengan lapang dada. Gaby tahu kalau sejak dulu, Gibran bukan tipikal lelaki pengobral cinta.
Sosok Gibran di mata Gaby adalah sosok lelaki yang bertanggung jawab dan memegang teguh janji yang telah dia ucapkan.
Gibran itu tipe laki-laki setia, bukan pengkhianat cinta.
Jika kini Gibran memutuskan untuk memilih Mirella, itu hak Gibran. Gaby tidak memiliki secuil pun alasan untuk melarang apalagi marah atas tindakan Gibran.
Siapa yang menanam benih, maka dia pula yang akan menuainya.
Gaby sudah melukai perasaan Gibran, membuat lelaki itu kecewa hingga akhirnya Gaby pula yang harus menuai akibat dari perbuatannya, yaitu kehilangan kesempatan untuk benar-benar bisa hidup bahagia bersama Gibran.
Malam tadi, Gaby dan Gibran sepakat untuk tetap melanjutkan pernikahan palsu mereka sampai tenggat waktu yang ditentukan.
Bedanya, Gaby tidak ingin lagi bersitegang dengan Gibran. Gaby ingin berdamai dan memanfaatkan waktu satu tahun pernikahannya dengan Gibran sebagai waktu-waktu berharga yang dia miliki bersama Gibran.
Gaby akan membuat Gibran bahagia berada di sisinya. Gaby akan membuktikan bahwa dia mampu menjadi sosok istri yang baik untuk Gibran. Walau tanpa harus ada kontak fisik di antara mereka layaknya sepasang suami istri sungguhan.
Tatapan Gaby masih tertuju ke wajah Gibran yang terlelap di sisinya. Wajah Gibran yang tampan, selalu sukses membuat Gaby nerveous jika sudah berada berdekatan dengan lelaki itu.
Gaby masih ingat betul, kali pertama dirinya dengan Gibran bertemu di sekolah dulu.
Saat itu, usia Gaby baru sembilan tahun. Dia duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar dan Gibran masuk ke kelasnya diantar wali kelas sebagai murid baru.
Gibran memperkenalkan diri.
Dia duduk di belakang Gaby, satu bangku dengan seorang bocah lelaki yang juga berasal dari Indonesia, dia bernama Langit.
Langit dan Gaby sama sekali tidak dekat.
Langit dikenal anak yang sangat nakal dan sudah tiga tahun tinggal kelas, sebab itulah Gaby sama sekali tidak berminat untuk menjalin hubungan pertemanan dengan Langit.
Berbeda halnya dengan Gibran. Walau Gibran pendiam, tapi bocah itu ramah dan memiliki sifat suka menolong. Gibran paling tidak suka melihat ada anak perempuan yang tertindas di sekolah.
Awalnya hubungan Gaby dan Gibran biasa-biasa saja, sampai akhirnya Gibran melihat Gaby diganggu oleh Langit.
Gibran marah dan langsung memukul Langit.
Meski setelahnya, Gibran kalah.
Postur tubuh Langit yang lebih besar dan tinggi membuat Gibran cukup kesulitan melawan, untungnya pertolongan guru cepat datang, sebab jika tidak, Gaby tidak tahu apa yang akan terjadi pada Gibran selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Romance"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...