Mirella baru tersadar dari pingsannya ketika Dokter sudah selesai memeriksa keadaannya, sementara Bi Murni terlihat sibuk membenahi kondisi kamar yang sebelumnya ditempati Mirella.
Keadaan kamar itu sangat kacau. Beberapa benda berhamburan di lantai, lampu meja yang pecah dan kondisi kasur yang berantakan.
Saat ini, Mirella tidur di kamar tamu untuk sementara. Kamar yang tadi malam ditempati oleh Reno. Sebab rencananya, sore ini Reno akan langsung pulang menuju Jakarta.
Gibran langsung menghampiri Mirella begitu melihat Mirella membuka mata.
"Gibran?" gumam Mirella saat itu. Dia meraba keningnya yang sakit dan terbalut perban.
"Jangan banyak bergerak dulu," kata Gibran. Lelaki itu memberikan minum pada Mirella. "Dokter bilang, lukamu cukup dalam, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Gibran hati-hati.
Reno dan Gaby yang semula duduk di sofa jadi ikut menghampiri Gibran dan berdiri di sisi lain tepian ranjang.
Mereka menunggu penjelasan Mirella.
Belum sempat berkata-kata, Mirella malah menangis.
Gibran menggenggam erat tangan Mirella bermaksud menenangkan.
"Tadi, aku sedang berganti pakaian saat tiba-tiba aku melihat sebuah bayangan di jendela. Saat aku mendekat, tiba-tiba bayangan itu hilang. Perasaanku mendadak tidak enak. Aku langsung berniat untuk keluar dari kamar, tapi tubuhku sudah lebih dulu ditarik oleh seseorang yang langsung membekap mulutku dari belakang, dia Theo..." ucap Mirella menceritakan apa yang baru saja dialaminya.
Gibran langsung menatap tajam ke arah Reno, sementara Reno tetap bersikap santai.
"Apa Theo mengatakan sesuatu padamu?" tanya Reno memotong.
Tatapan Mirella beralih ke arah Reno, dia mengangguk. "Theo bilang, dia akan membunuhku karena telah menjadi benalu dalam rumah tangga Gaby dan Gibran," tangis Mirella pecah setelahnya.
Gaby yang melihat hal itu jadi tidak tega.
"Theo sepertinya sangat terobsesi pada Gaby, dia akan menyakiti siapapun orang yang menyakiti Gaby," lanjut Mirella. "Ada baiknya aku pergi. Aku tidak mau Theo menerorku lagi, aku takut," tutur Mirella yang terus larut dalam tangis.
"Gaby maafkan aku. Aku sama sekali tidak bermaksud menyakiti siapapun, aku benar-benar minta maaf. Aku memang mencintai Gibran tapi aku juga tidak mungkin bisa bersama Gibran karena Gibran sudah menjadi milikmu, aku minta maaf..." tambah Mirella dengan tatapan penuh harap, bahwa Gaby akan memaafkannya.
Gaby merangkak naik ke atas tempat tidur dan duduk menekuk lutut di sisi Mirella terbaring. Dia ikutan menggenggam tangan Mirella. "Sudah, lupakan saja. Pikirkan saja kesehatan dan keselamatanmu. Kalau kamu pergi, yang ada Theo bisa saja menangkapmu dan menyekapmu lagi," ucap Gaby saat itu. Gaby hanya tidak ingin terlihat bahwa dia sebenarnya mencurigai Mirella.
Jika memang wanita ini pandai bersandiwara, maka Gaby pun harus mengimbanginya dengan sandiwara juga.
"Bagaimana kalau untuk sementara, Mirella tinggal bersamaku?" sambung Reno menyampaikan pendapatnya.
Gibran kembali melayangkan tatapan ketidaksukaannya. Reno yang menyadari hal itu langsung mengkoreksi ucapannya.
"Sejauh ini, Theo tidak ada urusan denganku. Aku pikir jika Mirella bersamaku, Mirella akan lebih aman, benar kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Romance"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...