Cukup lama Gaby menangis malam itu ditemani Theo di sisinya.
Theo mengajak Gaby beranjak dari taman untuk kembali masuk ke dalam rumah karena cuaca malam semakin dingin.
"Malam ini kamu bisa menginap di sini. Ini kamarmu, selamat beristirahat," kata Theo saat dia mengantar Gaby ke kamar tamu. "Oh ya, pastikan ini malam terakhir kamu menangis, jadi menangislah sepuasnya, karena hari esok aku tidak ingin melihat adikku menangisi lelaki bodoh macam Gibran lagi, oke?" Tambah Theo sebelum dia menutup pintu.
Gaby tersenyum tipis, lalu mengangguk.
Theo tersenyum dan keluar dari kamar dengan menutup pintu. Lelaki itu hendak memasuki kamar pribadinya ketika ponselnya tiba-tiba saja berdering.
Nomor baru memanggil, tapi Theo tahu persis itu nomor siapa.
Tanpa berpikir dua kali, Theo pun mengangkat telepon itu.
"Ya, Hallo Ren? Ada apa?" Tanya Theo pada sang penelepon.
"Besok Gibran dan Mirella akan menikah. Gibran memintaku hadir untuk menjadi saksi di pernikahannya," jelas Reno di seberang.
Theo melanjutkan langkahnya menuju kamar, lelaki itu tertawa kecil. "Wah, berita bagus itu."
"Brengs*k! Kamu meledekku?" Potong Reno dengan suaranya yang terdengar mengerikan.
"Baiklah tampan, jangan emosian nanti wajahmu cepat keriput. Bagaimana Gibran bisa menyukaimu jika kamu keriput?" lagi-lagi Theo malah mengajak Reno bercanda.
"Tutup mulutmu Theo! Aku meneleponmu bukan untuk mendengar omong kosongmu!" Suara Reno masih terdengar marah.
Theo sudah sampai di kamarnya. Dia membuka pintu, melepas sepatunya dan langsung terjun ke atas kasur empuknya yang nyaman. Masih dengan ponsel yang menempel di telinganya. "Lalu, ada urusan apa kamu meneleponku malam-malam begini?"
"Aku ingin kamu menggagalkan pernikahan Gibran dan Mirella besok," jawab Reno cepat.
Reno sadar dirinya sudah kehabisan akal.
Awalnya Reno berpikir akan menjadi hal yang mudah untuk dirinya menyingkirkan Mirella, namun ternyata semua dugaannya salah. Mirella terlalu sulit dia sentuh karena wanita itu terus saja menempel di ketiak Gibran.
Reno sama sekali tak memiliki celah untuk mengajak Mirella kembali menyusun rencana awal mereka untuk menyingkirkan Gaby dari kehidupan Gibran.
Untuk saat ini, Reno memang masih membutuhkan keduanya. Namun semakin hari, Reno justru semakin sadar bahwa pengaruh Mirella terhadap Gibran semakin kuat, sementara perasaan Gibran terhadap Gaby tak mampu terhapuskan.
Lantas haruskah Reno menyerah untuk mendapatkan target korbannya saat ini?
Tidak!
Reno tak akan menyerah semudah itu.
Kali ini, Reno yakin, melalui bantuan Theo dia mampu menyingkirkan Mirella dari kehidupan Gibran untuk selanjutnya Reno hanya perlu menunggu Gaby hengkang dari kehidupan Gibran selepas satu tahun pernikahan mereka nanti.
Lagipula, jika memang pada akhirnya Reno tak mampu melakukan semua itu, dia hanya perlu mengelabui Gibran untuk mendatanginya hingga dia mampu menuntaskan hasratnya pada lelaki itu.
Sesungguhnya, itulah tujuan utama Reno selama ini bukan?
Lantas untuk apa juga dia bersusah payah menyingkirkan Mirella dan Gaby hanya demi merasakan nikmatnya tubuh Gibran?
Sayangnya, Reno sudah melangkah terlalu jauh, terlebih atas kerjasama yang telah dia sepakati dengan Theo. Lelaki siluman itu sudah mengetahui siapa dirinya dan akan sangat berbahaya bagi Reno jika kini dia bertindak tanpa berpikir matang terlebih dahulu. Kenyataan bahwa Jaksa Reno adalah seorang Gay, tak hanya akan membuat karirnya sebagai seorang jaksa hancur, namun Reno bisa saja terlibat dalam masalah hukum serius jika kejahatannya selama ini terbongkar. Itulah sebabnya, Reno harus lebih berhati-hati dengan Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Roman d'amour"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...