Melihat perubahan raut muka Gaby yang mendadak pucat setelah Theo memperdengarkan isi rekaman percakapan antara dirinya dengan Reno membuat Theo cukup khawatir. Lelaki itu beringsut mendekati Gaby untuk memastikan keadaan wanita itu. "Kamu baik-baik saja Gaby?" Tanya Theo saat itu.
Gaby terus berusaha untuk tetap tenang, namun serentetan fakta yang baru saja diketahuinya membuat kepalanya tiba-tiba pusing.
Cekatan Theo memberikan Gaby air minum agar keadaan Gaby bisa lekas membaik.
Gaby terlihat sangat syok bahkan saat dia memegang gelas tangan wanita itu gemetaran.
"Aku... Aku tidak percaya dengan semua ini," gumam Gaby yang mulai kembali terisak.
Theo tersenyum getir. Semua kenyataan ini memang sulit untuk diterima oleh akal sehat, tapi memang itulah yang terjadi sekarang. Mau tidak mau, suka tidak suka, Gaby harus bisa menerimanya.
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu hal buruk menimpa Gibran?" Gaby kembali bersuara. Tatapannya nanar ke arah Theo. Saking khawatir akan kondisi Gibran, Gaby bahkan tidak sadar jika kini dia menyentuh jemari Theo.
Theo balas menggenggam jemari Gaby yang halus. "Gibran akan baik-baik saja. Justru kamulah yang harusnya waspada, Gaby. Posisimu sebagai istri sah Gibran lah yang memiliki persentase lebih kuat untuk membuat dua orang psikopat itu mencelakaimu. Untuk itulah, aku dan Freddy ada di sini untuk membantumu," jelas Theo saat itu.
Theo mengambil tissue dan memberikannya pada Gaby. "Hapus air matamu. Mulai detik ini, jangan sekali pun kamu memperlihatkan air matamu di hadapan musuh-musuhmu. Mereka akan merasa lebih kuat jika melihatmu tertindas."
Gaby pun menurut. Masih dengan tangan yang gemetaran Gaby menghapus air matanya. Meski lagi dan lagi kelopak matanya terus memproduksi cairan bening itu lagi.
"Aku takut... Apa aku akan mati?" Bukannya berhenti, tangis Gaby justru semakin pecah.
Theo menarik napas berat. Diraihnya tubuh Gaby ke dalam pelukan. "Sudah, jangan menangis terus. Gaby yang aku kenal adalah wanita kuat. Selama aku masih hidup, aku tak akan membiarkan siapapun menyakitimu," bisik Theo saat itu. Dengan penuh kelembutan lelaki itu mengusap kepala Gaby saat Gaby semakin menangis terisak di balik bahunya.
Gaby masih terus menangis, hingga sekelebat ingatannya kembali berputar pada isi percakapan Theo dan Reno tadi.
*
"Kita sama-sama membenci Freddy. Kenapa kita tidak bekerja sama saja?" Ucap Theo pada Reno.
"Bukankah tadi kamu bilang, bahwa Freddy adalah ayahmu?" Balas Reno.
"Ya, Freddy memang Ayahku. Tapi aku membencinya."
*
Spontan Gaby melepas pelukannya dengan Theo. Ditatapnya lekat wajah Theo saat itu dengan jarak mereka yang begitu dekat. Gaby tampak seperti orang kebingungan. Ekspresinya menimbulkan tanda tanya besar dibenak Theo.
"Ada apa Gaby?" Tanya Theo keheranan.
"Kamu anak Freddy?" Tanya Gaby setengah bergumam.
Theo tidak terkejut. Meski dari wajahnya lelaki itu terlihat kebingungan menjawab.
"Benar Freddy ayahmu?" Gaby mengulang pertanyaannya. "Siapa kamu sebenarnya?"
Tanpa menjawab, Theo merogoh dompet di saku celananya dan mengeluarkan sebuah foto usang dari sana.
"Lihatlah, ini fotoku bersama Ibuku lima belas tahun yang lalu," beritahu Theo pada Gaby.
Gaby melihat dengan seksama foto itu dan menjadi sangat terkejut saat didapatinya wajah sang Ibunda di dalam foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Romansa"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...