"Mana Gaby, Ib? Dia tidak ikut makan malam bersama kita?" Tanya Mirella pada kekasihnya. Mereka sedang duduk bersama di meja makan untuk makan malam.
"Gaby pergi. Dia bilang mau bertemu kawan-kawannya," jawab Gibran tak acuh.
Seharian ini lelaki itu lebih banyak diam.
Bahkan ketika Mirella terus mengajaknya bicara, Gibran lebih banyak tak menanggapi dan asik bergulat dalam pikirannya sendiri.
Hal itu jelas membuat Mirella kesal, meski dia tetap berusaha bersikap lembut di hadapan Gibran.
"Kamu mau makan apa? Aku ambilkan," ucap Mirella.
"Sama kan saja dengan makananmu," jawab Gibran mencoba tersenyum. Sadar bahwa dia tidak seharusnya menumpahkan kekecewaannya terhadap Gaby pada Mirella.
Sejauh ini Gibran terus berpikir apa yang harus dia lakukan untuk membuktikan kebenaran kata-kata Reno padanya.
Sikap dingin yang dia tujukan pada Gaby seharian ini membuat Gibran terus mengutuk aksinya itu. Hanya saja, Gibran tidak bisa menerima jika kenyataannya, Mirella harus terus menerus tersakiti.
Sempat terlintas dalam benak Gibran untuk menggugat cerai Gaby saja, namun percakapannya dengan Tante Gaby di telepon sore tadi sewaktu Gaby memberitahukan perihal keputusan Gibran yang hendak menikah lagi, cukup membuat Gibran tak bisa berkutik.
Awalnya, dia berpikir Tante Gaby akan marah, tapi di luar dugaan, Tante Mirna justru malah menangis dan memohon pada Gibran untuk tidak menceraikan Gaby.
Hal itu jelas membuat posisi Gibran jadi serba sulit.
Seharian ini Gibran memang sibuk mengurus rencana pernikahannya dengan Mirella. Dia sudah menelepon keluarganya di Bandung meski tak mendapat sambutan antusias, tapi Gibran sudah memastikan bahwa dia akan menikah dengan Mirella lusa nanti di KUA.
Meski tanpa resepsi dan tanpa dihadiri pihak keluarga, setidaknya Gibran dan Mirella sudah bisa sah menjadi sepasang suami istri.
Untungnya, Om Reyhan berbaik hati pada Gibran dan bersedia menjadi pihak saksi dalam pernikahannya nanti dengan Mirella, setelah Hardin, sang Papa justru mengabaikan niatan Gibran tersebut.
"Ib, sebenarnya ada apa? Aku tidak mau pernikahan kita justru akan membebani kamu," ucap Mirella saat dirinya menghampiri Gibran di tepi kolam renang usai mereka makan malam.
Gibran menoleh dan mencoba tersenyum.
"Semua akan baik-baik aja. Kamu nggak usah khawatir ya? Sekarang, kamu jangan banyak pikiran dulu. Kasihan nanti yang di perut," Gibran mengusap lembut perut Mirella yang masih rata.
Mirella menyandarkan kepalanya di bahu Gibran. "Setelah menikah nanti, apa aku akan tetap tinggal di sini bersama Gaby?" Tanya Mirella lagi.
"Nggak, aku akan memberikanmu tempat tinggal baru yang lebih aman."
Mirella mengangkat kepalanya dan menatap Gibran. "Tapi aku lebih suka di sini."
"Kamu tau tentang Gaby, kan? Kalau sewaktu-waktu penyakit Gaby kambuh dan dia menyakiti kamu bagimana? Aku nggak mau ambil resiko."
Mirella tersenyum manis. "Percaya sama aku, aku akan baik-baik aja kok. Boleh ya aku tinggal di sini? Siapa tahu dengan kehadiranku di sini, aku bisa membantu Gaby sembuh dari trauma masa lalunya itu. Aku bisa menjadi teman yang baik untuk Gaby," jelas Mirella mencoba meyakinkan Gibran.
Saat itu Gibran tidak menanggapi, hingga ponsel di saku celananya berdering.
Gibran merogoh cepat ponselnya dan mendapati sebuah panggilan masuk dari Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Romance"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...