78. MENGUPING

0 0 0
                                    

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" Tanya Gibran pada Mirella saat dirinya baru saja selesai menyuapi Mirella bubur dan membantu istrinya itu meminum obat.

"Tadi, aku hanya ingin bertanya kemana Gaby kemarin, kenapa dia tidak datang ke acara pernikahan kita? Aku ingin meminta maaf kalau kehadiranku di tengah pernikahan kalian membuatnya tersakiti, itu saja, tapi anehnya Gaby justru marah. Dia membentakku lalu menarik aku masuk ke kamarnya. Aku berusaha berteriak meminta tolong saat Gaby hendak memukul perutku. Aku melindungi anak kita dan mencoba melawan, sampai akhirnya kepalaku yang justru terkena sasaran kebrutalan Gaby. Aku benar-benar tidak menyangka Gaby akan berbuat senekat itu, Ib. Aku pikir, dia tidak seperti itu," cerita Mirella dengan segala kebohongannya.

Gibran terdiam sesaat. Mencoba mencerna dengan akal sehatnya, tentang apa yang baru saja dilakukan Gaby terhadap Mirella.

Apa yang diceritakan Mirella tersebut terdengar mustahil bagi Gibran, karena selama dirinya mengenal Gaby, tak pernah sekali pun Gaby melakukan tindak kekerasan terhadap siapa pun. Gaby memang wanita yang keras kepala dan sulit diatur, namun dia tidak pernah berlaku kasar apalagi sampai melukai seseorang.

Gibran memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa mau pecah jika harus terus menerus digunakan untuk berpikir keras.

Tanpa menanggapi cerita Mirella, Gibran berpamitan untuk mandi. Dia butuh air dingin untuk menetralkan hawa di kepalanya yang kian mendidih dan meletup panas.

Sepertinya, dia memang perlu mendatangkan psikiater untuk memeriksakan penyakit mental yang diderita Gaby.

*****

Keesokan harinya, Gibran harus kembali ke kantor setelah dia memastikan pada Mbok Sumi untuk tidak membuka pintu kamar Gaby yang sudah dia kunci dari luar.

Tak sampai di situ, Gibran pun meminta Abdul yang Mbok Sumi bilang pintar beladiri untuk menjaga Mirella saja dengan stand by di depan pintu kamar yang dihuni Mirella. Gibran tak mau ambil resiko lebih jauh jika harus membiarkan Mirella kembali terluka.

"Hari ini, tinggalkan pekerjaan kamu di kebun. Diam di sini, jaga istri saya, mengerti?" Ucap Gibran pada Abdul sebelum lelaki itu pergi ke kantor.

Setelah berpamitan pada Mirella, Gibran berangkat dengan mengendarai kendaraan sportynya.

Abdul siaga di depan kamar sang majikan seperti apa yang diperintahkan Gibran.

Saat itu, Mbok Sumi datang membawakan senampan makanan untuk Mirella, setelah sebelumnya wanita paruh baya itu mengantarkan makanan yang sama ke kamar Gaby. Hari itu, Abdul alias Sean meminta Gaby untuk stay di dalam kamar sampai sang suami kembali. Setidaknya, Gaby tidak akan diduga melakukan kesalahan lagi oleh Gibran.

Kali ini, Sean hanya ingin mempertontonkan kegilaan Mirella yang sesungguhnya.

Lelaki itu mengambil alih senampan makanan yang dibawa Mbok Sumi dan meminta agar dia saja yang membawakannya masuk untuk Mirella.

Tanpa banyak bicara, Mbok Sumi menurut saja. Wanita paruh baya itu pun kembali melanjutkan aktifitasnya di dapur.

"Non, boleh saya masuk? Ini mau antar makanan?" ucap Abdul setengah berteriak.

"Masuk aja, pintunya nggak dikunci, kan?" Sahut Mirella dari dalam kamar.

Saat Abdul masuk, dilihatnya Mirella sedang bercermin di depan lemari pakaian hanya menggunakan handuk saja. Entah memakai dalaman atau tidak, Abdul tak ingin berpikir terlalu jauh.

"Taruh aja di meja," perintah Mirella yang saat itu mulai membuka pintu lemari. Wanita itu mengambil sebuah daster berlengan pendek dan berniat untuk memakainya.

Saat Abdul berbalik hendak keluar, dengan gerakan cepat Mirella sengaja melepas handuk yang dia kenakan hingga handuk berwarna putih itu merosot jatuh ke lantai dan memperlihatkan balutan kulit Mirella yang tak sesempurna wajahnya, karena di beberapa bagian tubuh itu terdapat bekas luka yang memang tak bisa hilang sepenuhnya, hingga menyisakan noda yang membuat Mirella kerap dilanda frustasi.

Meski tidak seberapa, namun tetap saja Mirella merasa tubuhnya tidak sesempurna tubuh Gaby yang mulus tanpa cela.

Itulah sebabnya, Mirella selalu berandai-andai jika saja dia diberi kesempatan untuk melukai Gaby, dia tidak akan segan-segan membuat Gaby merasakan apa yang pernah dia rasakan semasa dirinya kecil dahulu.

Mirella ingin Gaby merasakan memiliki tubuh dan wajah cacat seperti yang dulu pernah dia alami.

Hanya saja, dia masih harus perlu waspada karena sampai detik ini Mirella masih yakin bahwa Theo tak akan membiarkan siapapun menyakiti Gaby.

"Aduh, handukku jatuh, bisa tolong ambilkan?" Ucap Mirella masih dengan tubuh yang menghadap cermin.

Dalam hati Sean tersenyum licik. Meski wajahnya sukses menunjukkan keluguan dan ketakutan yang nyata.

Dengan kepala menunduk, Sean mengambil handuk di kaki Mirella dan memberikannya. Lelaki itu hendak pergi ketika Mirella tiba-tiba saja menahan tangannya. "Mau kemana?" Tanya Mirella pada lelaki yang dia tahu bernama Abdul itu.

Sean tidak berani menoleh karena dia tahu Mirella masih berada dalam keadaan naked saat itu.

"Ng-pakai baju, Non. Nanti Non masuk angin, AC nya dingin," ucap Sean sebagai Abdul dengan menunjukkan kepolosannya. Bahkan dia masih tak berani untuk menoleh.

Mirella tertawa renyah. Dia melangkah dan merapatkan tubuhnya dengan tubuh belakang Sean.

"Pernah dengar sebuah permainan mengasikkan yang bisa membuat siapa saja yang memainkannya akan ketagihan?" Bisik Mirella dengan bibir yang hampir menempel di telinga Sean. Mirella bisa merasakan tubuh lelaki dalam dekapannya itu gemetaran. Hal itu jelas membuat Mirella ingin tertawa geli. Sepertinya, tukang kebun ini masih sangat lugu dan awam soal urusan wanita.

Sama seperti si bodoh Reno!

"S-sa-saya nggak tau, Non," jawab Sean terbata. Lelaki itu hampir saja mendes4h saat kini tangan Mirella sudah berhasil menggenggam miliknya di bawah sana.

Mirella mengajak Sean berbalik, lalu dia berlutut tepat di hadapan milik Sean yang sudah tak terhalang apapun.

Bibir Mirella sudah terasa kebas, tapi Sean masih bertahan juga. Mirella benar-benar takjub dengan keperk4s4an si tukang kebun satu ini.

"Pu4skan aku..." Ucap Mirella dan menarik tubuh Sean ke tempat tidur. Mirella hendak melepas kaus yang masih melekat di tubuh Sean, namun lelaki itu menahannya.

Hari itu, Mirella dibuat gil4 oleh Abdul hingga des4h4nnya terdengar keluar dan tertangkap oleh Indra pendengaran Gaby di kamar sebelah. Saking penasaran, Gaby bahkan sampai menggunakan gelas untuk menguping.

Wajah Gaby meringis saat lagi dan lagi dia mendengar Mirella merintih di balik dinding.

Astaga!

Apa yang dilakukan Sean pada wanita gil4 itu?

Apa dia benar-benar menidurinya?

Gumam Gaby dalam hati.

Sepertinya ini tidak termasuk dalam rencana?

Lagi-lagi Gaby berbicara sendiri, meski hanya dalam hati.

Sekali lagi suara des4h4n Mirella terdengar, hingga membuat Gaby mati penasaran dan memutuskan untuk membuka layar CCTV di sana melalui ponselnya.

Dan apa yang dilihatnya saat itu membuat Gaby jadi geleng-geleng kepala.

"Gil4! Sean bener-bener Gil4!"

Pekiknya tak percaya!

*****

KATA SEAN, SAMBIL MENYELAM MINUM AIR... 🤣🤣🤣

YUK KOMEN DULU ❤️🙏🤭

BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang