Flashback On...
Ini hari pernikahan Gibran dengan Mirella.
Awalnya, Gaby berencana untuk hadir, namun saat itu Sean dan Freddy tiba-tiba datang menghampirinya.
Seperti apa yang sudah Gaby putuskan semalaman tadi mengenai hubungannya dengan Freddy saat ini, Gaby memilih untuk tidak memperpanjang masalah dan ikhlas memaafkan Freddy atas segala kesalahan yang telah lelaki itu perbuat terhadap almarhumah Ibunya. Melihat kesungguhan Freddy meminta maaf padanya, Gaby yakin bahwa lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah Ayah kandungnya sendiri itu, sepertinya sudah benar-benar sadar dan menyesali perbuatannya di masa lalu.
Hari itu Freddy dan Sean menjelaskan sesuatu pada Gaby mengenai sebuah rencana baru yang hendak mereka susun untuk menjebak Mirella.
"Kenapa selama ini Om tidak mencoba untuk membongkar semua kejahatan Mirella pada pihak kepolisian? Bukankah Om memiliki bukti lewat rekaman CCTV yang Om pasang di apartemen Mirella?" Ucap Gaby saat mereka masih berembuk.
"Seandainya saja rekaman CCTV itu masih aku miliki, aku tidak akan bersusah payah menyusun rencana ini Gaby. Mirella sudah menghapus semuanya. Wanita itu licik dan sangat pintar. Bahkan jika aku terpaksa membongkar semuanya, apa mungkin akan ada yang mempercayaiku? Yang ada setelah publik tahu bahwa selama ini aku telah menjadikan Mirella wanita simpanan ku, publik justru akan semakin menyerang ku dan akan bersimpatik pada Mirella karena dianggap sebagai korban atas kebejatan ku. Aku mengakui kesalahanku terhadap Mirella, tapi aku sudah membayar semua itu dengan memenuhi semua keinginannya menjadi cantik. Aku sudah memberinya kehidupan mewah dan segala fasilitas yang mencukupi. Kupikir semua itu seimbang atas apa yang aku dapatkan dari Mirella. Hanya saja, semua berubah ketika aku tahu, bahwa Mirella mencintai Gibran, suamimu..." Jelas Freddy panjang lebar.
"Di malam kematian Yogi, aku memang kembali ke apartemen itu usai menemui rekan Bisnisku di Club malam. Aku sempat bercinta dengan Mirella, tanpa pernah tahu bahwa saat itu posisi Yogi sudah berada di kamar mandi dalam keadaan terpotong-potong. Mirella mencekoki aku pil tidur dan membuat semua bukti-bukti dengan menaruh sidik jariku di mayat Yogi saat aku tak sadarkan diri. Saat itu, Jimmy dan Alan memang tidak di tempat karena setiap kali aku berkunjung ke sana, mereka pasti aku izinkan pulang dan mereka akan kembali di waktu subuh untuk kembali mengawasi gerak-gerik Mirella. Itu artinya, ada kemungkinan, mereka sebenarnya mengetahui bahwa Mirella baru saja melakukan pembvnvhan terhadap Yogi. Hanya saja, yang membuatku tidak habis pikir, kenapa mereka bersikap seolah-olah tidak tahu, atau bisa saja, kedua cecunguk itu berpihak pada Mirella karena sudah berhasil mencicipi tubuh Mirella, itu hanya asumsiku saja, sejauh ini."
"Hari itu, mendekati waktu subuh aku terbangun dan mendapati diriku tertidur di kamar mandi dengan tubuh bersimbah darah bersama mayat Yogi di sampingku. Keberadaan ku dipergoki oleh Jimmy dan Alan, hingga setelahnya, aku terpaksa menyumpal mulut kedua cecunguk itu dengan uang dan menjadikan mereka kambing hitam untuk sementara waktu. Aku kembali ke lapas setelah aku menghubungi Theo untuk memberitahukan bahwa Mirella berhasil melarikan diri. Aku benar-benar cemas dan takut jika wanita gila itu sampai mencelakai mu, sampai akhirnya aku meminta Theo untuk melenyapkan Mirella jika wanita itu berhasil ditemukan, sayangnya Theo tidak bisa melakukan apa yang aku perintahkan."
"Berita kematian Yogi pun mencuat dan menjadikan aku tersangka utama atas bukti yang berhasil ditemukan pihak kepolisian dari hasil visum dan autopsi mayat Yogi. Hingga setelahnya, kebobrokan lapas tempatku ditahan pun terbongkar, sejak saat itulah aku merasa berada di dalam penjara sungguhan karena tak ada satu pun petugas yang tergiur dengan uang yang aku janjikan, jika mereka memberiku izin untuk keluar seperti yang sudah aku lakukan sebelumnya. Penjagaan di lapas diperketat berkali-kali lipat terutama terhadap diriku. Itulah sebabnya aku yang kehabisan akal akhirnya mengajak Reno untuk bernegosiasi. Aku menceritakan semuanya pada Reno tentang siapa aku sebenarnya dan siapa dirimu sebenarnya, Gaby. Aku memohon pada Reno agar lelaki itu bersedia membantuku hanya saja, lagi dan lagi aku telah salah menilai orang! Sampai pada suatu hari aku tahu, bahwa Reno adalah seorang Gay yang kini sedang mengincar Gibran!"
"Semuanya jadi serba sulit Gaby. Pikiranku benar-benar buntu hingga akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan Theo yang juga sedang sibuk menjagamu saat itu. Aku meminta Theo supaya membantuku melarikan diri dari penjara untuk membasmi Mirella dan Reno, karena mereka bisa saja mencelakai mu kapan saja."
Freddy selesai dengan ceritanya, tatapannya nanar penuh kekhawatiran.
"Dulu, aku sudah begitu menyakiti Ibumu, dan aku sudah berjanji di hadapan batu nisan Nara untuk menjagamu, menjaga Sean. Aku bahkan rela mempertaruhkan nyawaku demi keselamatan kalian, hanya saja aku gagal menemukan keberadaan Sean hingga detik ini. Ayah mohon, percayalah pada Ayah Gaby, Ayah tidak berbohong... Maafkan Ayah..."
Lagi dan lagi air mata Freddy tumpah di hadapan Gaby. Hingga akhirnya, hati Gaby pun luluh dan meraih tubuh renta sang ayah ke dalam pelukannya.
Kedua anak dan ayah itu berpelukan dan saling menangis pilu. Menyesali segala yang telah terjadi di masa lalu.
"Gaby sudah memaafkan Ayah dengan catatan, Ayah harus berjanji, setelah semua ini selesai, Ayah harus menjadi manusia yang lebih baik di masa depan. Kita akan hidup bahagia bersama Kak Sean, itu harapan Gaby," Gaby sempat melirik sekilas ke arah Sean yang saat itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
Setelah pertemuan di pagi hari yang mengharu biru itu usai, akhirnya sebuah rencana besar pun tersusun.
Niat Gaby untuk mendatangi pernikahan Gibran pun urung dia lakukan.
Seperti yang telah diperintahkan Sean, pagi itu Gaby menelepon Mbok Sumi dan menanyakan apakah Gibran dan Mirella sudah berangkat ke KUA untuk prosesi Ijab dan Kabul.
"Ya, baru aja rombongan Den Gibran berangkat Non, dikawal sama aparat kepolisian juga Mas Reno," beritahu Mbok Sumi saat itu.
Hingga setelahnya Gaby pun memulai rencana awalnya.
Gaby pulang ke kediaman Gibran lebih dulu seorang diri. Mengelabui dua orang security dengan membuat mereka tertidur setelah meminum kopi yang disediakan Mbok Sumi untuk mereka.
Tak lama rombongan Sean datang untuk memasang beberapa kamera CCTV tersembunyi di setiap sudut ruangan kediaman Gibran.
Sean menyamar menjadi seorang tukang kebun menggunakan wajah orang lain yang terbuat dari topeng sintetis. Dan hari itu, Gaby memutuskan untuk tidak menampakkan diri sementara.
Hingga malam hari tiba, Gaby dan Sean dibuat terperangah, saat mereka mendapati Mirella sedang memenggal kepala kucing liar hidup-hidup di halaman belakang kediaman Gibran.
Flashback Off...
*****
JADI DI SINI, GABY DAN SEAN MASIH BERUSAHA UNTUK MENCARI BUKTI ATAS PEMBUNUHAN YOGI AGAR HUKUMAN FREDDY BISA MENJADI LEBIH RINGAN YA GUYS, MAKANYA MEREKA MASIH HARUS BERSANDIWARA UNTUK MENJEBAK MIRELLA...
JANGAN PELIT KOMEN KALAU MAU LANJUT 🙏❤️😍
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Romansa"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...