86. MEMBERI PELAJARAN

1 0 0
                                    

"Gaby?"

"Steve?"

Keduanya saling berpelukan dan lelaki yang di panggil Steve oleh Gaby itu dengan leluasanya mencium pipi kanan dan pipi kiri Gaby secara bergantian, di hadapan Gibran.

"Sudah lama menunggu?" Tanya lelaki tampan bernama Steve itu pada Gaby, seolah tak menyadari keberadaan Gibran di sana. Lelaki itu mempersilahkan Gaby duduk dan memberi tips pada sang resepsionis yang langsung memilih pergi dari pada harus mendengar ocehan Gibran lagi.

"Aku baru datang kok," jawab Gaby masih dengan senyuman lebarnya.

"Aku tadi keluar mencari ini," Steve memberikan buket mawar merah di tangannya pada Gaby dan Gaby menerimanya dengan senang hati, tak lupa dia mengucapkan terima kasih pada Steve.

Steve melangkah ke arah kursi yang letaknya berhadapan dengan kursi yang diduduki Gaby. Bahunya bersenggolan dengan bahu lelaki lain di sana, namun Steve tidak perduli.

Gibran memang belum duduk saat itu, sampai akhirnya kursi yang hendak dia duduki justru kini ditempati Steve.

Gibran menggertakkan kedua rahangnya menahan emosi.

"Kamu mau pesan makanan apa, Gab?" Tanya Steve pada Gaby.

Gibran masih di sana. Masih terdiam dalam kejengkelannya.

Gaby terlihat serba salah. Meski setelahnya dia malah menjawab pertanyaan Steve. "Untuk apa masih tanya, kalau sudah tau jawabannya," ujar Gaby setengah tertawa.

"Oke baik."

Steve hendak melambaikan tangan memanggil waitress, saat tiba-tiba Gibran buka suara.

"Jadi, Anda yang bernama Steve?" Tanya Gibran to the point.

Seolah baru menyadari keberadaan Gibran, Steve pun menoleh. Wajahnya tampak terkejut.

Terkejut yang dibuat-buat!

Cih!

Gibran benar-benar kesal!

"Oh, hai, ya benar, saya Steve. Nama asliku sebenarnya Sean, tapi berhubung Gaby lebih senang memanggilku Steve, makanya aku mengganti nama panggilanku dengan Steve. Anggap saja panggilan sayang," ujar Steve seraya melirik genit ke arah Gaby. Bahkan dengan genitnya Steve mengedipkan sebelah matanya ke arah Gaby.

Hal itu membuat pipi Gaby jadi merona.

Gibran yang menyaksikan hal itu jelas semakin dibuat kesal. Lelaki itu tak lagi berkata apapun melainkan langsung menarik tangan Gaby agar sang istri ikut pergi bersamanya.

"Kita pulang sekarang!"

"Eh, Gib! Apaan sih? Aku kan mau makan!" elak Gaby yang berniat menarik tangannya dari Gibran, namun cekalan Gibran terlalu kuat membuat Gaby tak bisa berkutik.

"Kita makan di tempat lain!" Jawab Gibran sambil terus berjalan dan menarik Gaby yang kewalahan menyamai langkahnya di belakang.

Gibran tahu saat itu Steve mengejar, itulah sebabnya dia semakin mempercepat langkahnya.

Sesampainya di luar resto, Steve berhasil mendahului langkah Gibran setelah lelaki itu selesai membayar di kasir.

"Hei, ada apa ini? Kenapa kamu kasar sekali pada wanita?" Kata Steve saat itu.

"Dia istriku, jangan coba macam-macam! Jauhi Gaby, mengerti?" Ancam Gibran tepat di depan wajah Steve.

Bukannya takut, Steve malah tertawa.

"Oh, jadi kamu masih menganggap Gaby istrimu? Aku pikir, kamu malah sudah bahagia dengan istri barumu. Lelaki sejati itu tidak boleh serakah, harus memiliki pendirian," Steve malah berceramah membuat Gibran semakin emosi.

BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang