23. ADA MAUNYA

1 0 0
                                    

"Udahan belum ngambeknya?" tanya Gibran saat Gaby sudah mempersilahkannya masuk ke dalam apartemen. Kini mereka berdua duduk bersisian di sofa panjang.

Gaby terus memalingkan wajahnya ketika Gibran justru menatapnya. Lelaki itu duduk dengan posisi menyamping menghadap Gaby.

"Pulang ya? Besok, Papa mau ke Jakarta. Gue takut mereka mampir," ucap Gibran saat Gaby tak kunjung bicara.

Dari wajahnya yang super jutek, Gibran tahu kalau Gaby masih marah padanya setelah aksi Gibran yang menghancurkan ponsel milik Gaby tempo hari.

Gibran sadar tidak seharusnya dia berbuat seperti itu pada Gaby, hanya saja, waktu itu pikiran Gibran memang sedang benar-benar kalut ditambah faktor tubuh lelah, makanya dia jadi hilang kendali.

Gaby berusaha keras menyembunyikan senyumnya. Dia masih harus jual mahal.

Gibran mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang dia bawa.

"Nih, buat lo," katanya sambil menyodorkan sebuah hadiah yang terbungkus rapi dengan kertas kado berwarna pink dengan hiasan pita merah.

Sebuah hadiah yang sangat manis.

Gaby melirik sekilas ke arah benda yang diberikan Gibran. Meski ragu-ragu, Gaby menerimanya juga.

"Apaan nih?" tanya Gaby tanpa mengurangi kejudesannya.

"Buka aja, nanti juga lo tahu," jawab Gibran sambil tersenyum.

Gaby pun membuka kado itu yang ternyata adalah sebuah ponsel keluaran terbaru dengan harga yang cukup fantastis.

Kedua bola mata Gaby terbelalak dengan senyumnya yang mengembang.

"Ini serius buat gue?" tanyanya tak percaya. Sejak kapan Gibran bisa sebaik ini? Pikir Gaby bertanya-tanya.

Meski setelahnya, tatapan Gaby menyipit ke arah Gibran.

"Biasanya kalau orang tiba-tiba baik itu pasti karena ada maunya, hayo ngaku?" terka Gaby, telunjuknya mengarah ke wajah Gibran.

Gibran tertawa renyah. Ternyata Gaby lebih pintar dari yang dia kira.

Gibran menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Modus kedatangannya malam ini ketahuan.

Ya, alasan utama yang menjadikan seorang Gibran terpaksa mendatangi Gaby malam ini memang bukan karena dia ingin benar-benar meminta Gaby pulang. Ucapannya mengenai orang tuanya yang akan datang besok itu hanya bualan semata.

Yang benar itu, Gibran mendatangi Gaby karena dia ingin mencari tahu tentang sosok lelaki bernama Freddy Santiago yang dia ketahui adalah Om Gaby.

Gibran pun menyampaikan maksudnya itu pada sang istri palsunya.

Kerut di kening Gaby menjelas. "Jadi lo ke sini itu cuma karena lo mau tau tentang Om gue?" tanya Gaby dengan perasaan kecewa. Padahal tadinya dia sudah geer dan baper melihat sikap manis Gibran kepadanya.

Ternyata benar dugaannya, Gibran baik karena ada maunya.

"Jadi gini, Gab, kebetulan gue punya sahabat, namanya Mimi, dan baru-baru ini gue tau kalau nama asli Mimi itu Mirella. Dia cewek yang waktu itu menaruh bunga tulip di makam Mama. Mirella sekarang jadi tawanannya Freddy dan gue berniat untuk menyelamatkan dia, tapi gue nggak bisa bergerak sendiri, gue butuh bantuan lo," jelas Gibran panjang lebar.

BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang