Gibran baru saja terbangun dari tidur ketika dia mendapati ponselnya berdering.
Masih dengan mata yang memicing dan sesekali menguap Gibran meraih ponsel dengan ujung jarinya dan mengintip siapa nama yang tertera di layar ponsel miliknya.
Nama Reno tertera di sana.
Gibran segera mengangkat.
"Apa? Theo melukai Mirella lagi?" Pekiknya setelah mendengar suara Reno di seberang.
Gibran sontak merubah posisinya yang semula masih berbaring nyaman di ranjang menjadi duduk. Sepertinya dia benar-benar terkejut hingga membuatnya sempat terbengong. Seolah apa yang baru saja didengarnya itu hanyalah mimpi.
Dia baru terbangun dan langsung mendapat kabar buruk tentang Mirella. Hal itu sangat membuat Gibran khawatir hingga lelaki itu tak ingin menunggu untuk langsung berangkat menuju kediaman Reno.
Bahkan tanpa dia mandi terlebih dahulu.
Lelaki itu hanya mengganti piyama tidurnya dengan pakaian santai, meraih jaket di lemari dan mengambil kunci mobil di laci.
Secepat kilat mobil Gibran menghilang dari halaman kediaman pribadinya.
*****
Sesampainya Gibran di kediaman Reno, lelaki itu melihat sebuah mobil polisi terparkir di halaman rumah Reno saat itu.
Perasaan cemas yang Gibran rasakan kian menjadi-jadi. Dengan langkah panjang Gibran berlari menuju kediaman Reno setelah memparkirkan mobilnya.
Dilihatnya Reno sedang bercakap dengan petugas kepolisian di ruang tamu. Keadaan rumah Reno saat itu berantakan. Bahkan Gibran melihat wajah Reno biru lebam dengan luka sayatan di lengan kanannya yang sudah terbalut perban.
"Di mana Mirella?" Tanya Gibran saat dirinya sudah berhadapan dengan Reno.
Reno menyudahi percakapannya dengan para polisi itu dan mengajak Gibran menuju lantai atas. Langkah mereka terhenti di depan sebuah kamar.
"Mirella ada di dalam," beritahu Reno dengan suara berat. "Sebelumnya, aku ingin meminta maaf padamu Gibran. Aku benar-benar merasa bersalah karena tak bisa menjaga Mirella dengan baik," ucap Reno saat itu. Dia menyentuh bahu Gibran.
"Memangnya apa yang terjadi? Malam tadi sewaktu aku mengantar Mirella pulang, semua baik-baik saja, kan?" Potong Gibran cepat.
"Tengah malam tadi, Theo kembali mengganggu Mirella. Lelaki itu..." Reno menggantung kalimatnya.
"Apa yang dilakukan Theo?" Cecar Gibran tak sabar.
Reno terdiam seperti orang yang kesulitan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Hingga akhirnya, Gibran pun mengerti.
Lelaki itu menggeleng dan berniat untuk membuka pintu kamar di hadapannya namun ucapan Reno mengurungkan niatnya.
"Mirella masih dalam keadaan syok berat. Sejak tadi dia tak mau bicara pada siapapun. Semoga saja dengan kehadiranmu, keadaan Mirella bisa membaik."
Gibran tak lagi menanggapi kalimat Reno, fokusnya tertuju pada Mirella.
Pintu kamar itu berhasil dibuka. Sesosok tubuh wanita dengan pakaiannya yang setengah koyak serta beberapa luka di wajah dan kakinya terlihat meringkuk di sudut kamar.
Wanita itu tampak ketakutan.
"Aku menemukan Mirella di dalam kamar ini saat Theo sudah memperk0s4nya," ucap Reno lagi.
Kedua tangan Gibran terkepal di sisi tubuhnya. Matanya berkaca-kaca menatap keadaan Mirella. Hati Gibran terenyuh.
Saat dirinya hendak mendekat, Gibran mendapati pergerakan Mirella yang menjauh. Kepala wanita itu menggeleng seperti orang ketakutan. Sorot matanya nanar meminta belas kasihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Romance"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...