84. KARANGAN BUNGA

0 0 0
                                    

Hari ini, Gibran datang ke lapas tempat di mana Mirella ditahan.

Lelaki itu mengajukan sebuah berkas ke hadapan Mirella yang duduk di hadapannya dengan kedua tangan yang masih di borgol di dalam ruang besuk tahanan.

"Aku ingin kamu menandatangani ini," ucap Gibran datar. Bahkan tanpa basa-basi apapun setelah mereka hampir dua bulan tidak bertemu.

Perut Mirella yang membuncit menjadi fokus perhatian Gibran.

Jika boleh berkata jujur, hati lelaki itu teriris ketika melihat kondisi Mirella saat ini. Keadaan wanita itu tampak berantakan dengan mata sembab dan wajah yang dipenuhi luka.

Apa iya dia mengalami penyiksaan di dalam sana?

Gumam Gibran membatin, merasa prihatin.

"Apa ini?" Tanya Mirella dengan suara lemah. Kelopak matanya mulai berkaca-kaca.

"Surat cerai," jawab Gibran dengan suara lirih. Bibir lelaki itu bergetar menahan cairan yang kini menumpuk di kelopak matanya.

Berat rasanya memutuskan hal ini, namun Gibran tidak mau terlibat terlalu jauh dalam kehidupan Mirella yang tak berprikemanusiaan. Segala kejahatan yang telah Mirella lakukan selama ini Gibran sudah mengetahuinya, itulah sebabnya Gibran tak ingin mengambil resiko untuk terus menjalin hubungan serius dengan Mirella.

Gibran sadar, ini memang terdengar jahat, hal ini tidak adil untuk Mirella, tapi demi keselamatan orang-orang disekitarnya terutama Gaby, Gibran harus melakukan hal ini.

"Setelah apa yang sudah kita lalui bersama, apa ini balasanmu, Ib?" Isak Mirella dalam tangis.

"Jika saja aku tahu lebih awal siapa kamu sebenarnya, mungkin semua itu tidak akan pernah terjadi. Kamu sudah membohongiku habis-habisan! Kenapa Mimi? Kenapa kamu jadi seperti ini? Apa yang terjadi denganmu sebenarnya?" Cecar Gibran yang masih belum menemukan jawaban atas semua tindakan kejahatan yang Mirella lakukan selama ini.

"SEMUA INI SALAH FREDDY! DIA YANG SUDAH MERUBAHKU JADI SEPERTI INI!" Desis Mirella dengan intonasi suara yang penuh penekanan dan tatapannya berubah mengerikan. Kedua tangannya yang masih terborgol terkepal keras di atas meja.

Gibran mengesah. Dia memijat sebentar pangkal hidungnya. "Freddy sekarang sudah menerima hukuman atas semua perbuatannya. Begitu pun juga denganmu. Lupakan yang sudah terjadi, aku harap kamu bisa mengambil hikmah dari semua kejadian ini dan bisa berubah. Bisa kembali pada diri seorang Mimi yang seperti dulu. Mimi yang baik hati dan begitu perduli pada orang lain."

"Baiklah, aku berjanji, aku berjanji akan berubah, tapi tolong, aku mohon jangan ceraikan aku Gibran... Aku tidak ingin berpisah denganmu... Selepas aku bebas nanti, aku akan menjadi istri yang baik untukmu, kita akan hidup bahagia dengan anak-anak kita," Mirella kembali larut dalam tangisnya. Tangis yang terdengar begitu pilu dan sangat sedih.

Gibran meminta petugas lapas untuk membuka borgol Mirella dan lekas memberikan sebuah pulpen di atas berkas yang dia ajukan.

"Tolong tanda tangani ini," ucap Gibran lagi.

Mirella menggeleng. Dia melempar pulpen di hadapannya dan langsung berlutut memeluk kaki Gibran.

"Aku mencintaimu, IB... Jangan ceraikan aku..."

Gibran berdiri lalu mengangkat tubuh Mirella agar ikut berdiri.

Mirella masih terus menangis.

"Lihatlah, di dalam perutku saat ini ada anak kita, hasil buah cinta kita..." Mirella hendak meraih tangan Gibran agar lelaki yang dia pikir masih menjadi suaminya itu bersedia menyentuh perutnya, namun Gibran malah menarik cepat tangannya dari pegangan Mirella.

BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang