67. SURAT DARI THEO

2 0 0
                                    

Seharian ini Gaby tidak bisa tenang.

Mbok Sumi baru saja menceritakan pada Gaby tentang Mirella.

Tentang luka-luka cakaran di sekujur tubuhnya yang ternyata itu semua ulah Mirella.

Rasa-rasanya, Mbok Sumi tidak mungkin berbohong, terlebih setelah Mbok Sumi pun memberitahukan tentang Luna yang juga mencurigai Mirella.

"Non Luna bilang, Bibi disuruh jagain Non Gaby di sini. Jangan sampai Non Mirella jahatin Non Gaby lagi," itulah kalimat terakhir Mbok Sumi pada Gaby dalam perbincangan mereka tadi sore.

Sejak dirinya terbangun tadi pagi, Gaby tak menemukan Gibran di rumah ini dan Mbok Sumi bilang bahwa majikannya itu pergi pagi-pagi sekali ketika mendapat telepon penting dari Reno.

Awalnya, Gaby ingin menyusul Gibran ke kediaman Reno, tapi dia merasa enggan jika harus kembali bersitatap dengan Mirella.

Gaby benar-benar muak pada wanita itu.

Saat ini, Gaby masih terus mundar mandir di dalam kamarnya ketika tiba-tiba sesuatu terlempar dari arah balkon dan masuk ke dalam kamar yang pintunya saat itu kebetulan sedang dibuka.

Hembusan angin tampak bertiup mengayun tirai pintu pembatas balkon.

Perlahan tapi pasti, Gaby berjalan mendekat ke arah balkon dengan perasaan was-was bercampur takut. Tatapannya tak lepas dari benda kecil yang tergeletak di lantai kamarnya saat itu.

Ketika Gaby memastikannya lebih jauh, dia pun tahu bahwa itu hanya sebuah batu. Hanya saja, ada sebuah kertas yang terikat bersamanya.

Gaby memungut batu itu dan mengambil kertasnya. Ada sebuah kalimat tertulis di dalam kertas itu.

Gaby pun membacanya.

"Temui aku besok di alamat yang aku tulis di kertas ini. Kamu akan mendapatkan jawaban dari segala kegundahan hatimu selama ini. Jangan mengatakan hal ini pada siapapun. Termasuk, suamimu."

Theo.

Gaby bergerak cepat ke arah balkon saat dia merasa ada orang lain yang berdiri di bawah sana. Matanya bergerak mencari-cari sesuatu di antara kegelapan.

Dan saat itulah, Gaby menangkap sosok manusia berjaket kupluk yang berdiri di bawah pohon rindang di luar pagar rumahnya.

Lelaki itu tampak memperhatikan Gaby dari kegelapan.

Sementara Gaby, tak dapat melihat wajah lelaki itu lebih jelas karena selain gelap, lelaki itu memakai kupluk yang menutupi wajahnya.

Keduanya masih sama-sama saling melempar pandang saat tiba-tiba Gaby mendengar suara Gibran pulang.

Gaby hanya menoleh sebentar untuk memastikan bahwa suaminya yang telah dia tunggu-tunggu sejak tadi sudah pulang hingga tatapannya kembali ke arah di mana sosok misterius tadi berdiri, sayangnya saat itu, Gaby tak lagi mendapati siapapun berdiri di bawah pohon rindang itu.

Sosok itu sudah menghilang.

Di antara kegelapan malam.

Setelah menyembunyikan kertas yang masih ada dalam genggamannya, Gaby buru-buru keluar untuk menemui Gibran. Dan betapa terkejutnya Gaby, ketika dilihatnya Gibran pulang bersama orang lain di sampingnya.

Dia, Mirella.

"Mulai malam ini, Mirella akan tinggal di sini bersama kita," ucap Gibran saat itu. "Aku sudah mempersiapkan segala hal untuk pernikahan kami. Ada baiknya, kamu segera memberitahukan rencana ini pada keluargamu," Gibran berbicara dengan nada dingin dan datar, sedingin tatapannya pada Gaby. Bahkan tanpa menunggu Gaby berkata-kata, lelaki itu sudah lebih dulu pergi bersama Mirella.

BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang