56. MAYAT DI DALAM MOBIL

1 0 0
                                    

"Bukan aku yang seharusnya lebih kamu waspadai, Theo! Aku tahu Gaby dan Gibran akan bercerai. Dan itu cukup membuat aku lega. Justru saat ini, musuh terbesar kita adalah orang lain," bisik Reno pada Theo sebelum lelaki itu kembali melanjutkan kalimatnya. "Dia Mirella..."

Theo tersenyum kecut. "Aku sudah mengetahuinya," balas Theo sedikit menjauh. Berada berdekatan dengan lelaki macam Reno membuat Theo merasa jijik.

"Cerdas!" Puji Reno dengan seringai lebar.

"Siapa pun orangnya, aku tidak perduli! Aku pasti akan melenyapkan orang yang berani menyakiti Gaby dengan tanganku sendiri."

Reno tertawa. "Sayangnya, aku tahu kelemahanmu, Theo..." lelaki itu menggantung kalimatnya.

Theo hanya diam, tangannya semakin terkepal kuat di sisi tubuhnya, merasa gatal ingin kembali menghantam wajah lelaki gila yang begitu ingin dia bunuh itu, Reno!

"Kamu itu paling tidak bisa menyakiti wanita iya, kan? Dan lagi, saat ini Mirella berada dalam pengaruhku. Hanya aku lah satu-satunya orang yang Mirella percaya," lanjut Reno lagi dengan penuh percaya diri.

"Dasar iblis licik!" umpat Theo gemas. Seandainya dia tidak memiliki kepentingan lain dengan lelaki psikopat ini, mungkin sudah sejak kemarin-kemarin Theo membunuh lelaki ini. Sayangnya, harapannya kini justru hanya bersandar pada bajingan tengik sang h0m0s*ksu4l terkutuk di hadapannya itu.

"Mirella kini berada dalam kendaliku. Seandainya aku mau, aku bisa saja menjadikannya kambing hitam sebagai tersangka atas kematian Gaby. Sayangnya, aku tidak ingin pangeranku bersedih seandainya Gaby mati begitu saja. Jika ada cara lain yang bisa kutempuh untuk menyingkirkan Gaby dari sisi Gibran selain membunuhnya, kenapa tidak? Kehadiran Mirella akan membuat Gaby mundur dari kehidupan Gibran dan setelah itu, kamu pasti tau apa yang akan aku lakukan?" ujar Reno panjang lebar.

"Kamu akan membunuh Mirella?" terka Theo dengan tatapan tajamnya.

"Tepat sekali! Kamu memang lelaki yang menakjubkan, darling!" Reno kembali tertawa.

Theo bergidik jijik.

"Apapun rencanamu ke depannya, yang pasti aku tak akan tinggal diam jika kamu sampai menyentuh adikku!" ancam Theo.

"Aku sudah bilang, aku tidak akan membunuh Gaby. Tenang saja. Gaby akan mundur sendiri dari sisi Gibran, aku yakin itu."

Kedua sosok misterius itu masih saling beradu argumen ketika sebuah suara berhasil mereka tangkap dari arah luar.

"Gab, Gaby? Kamu di mana?" teriak suara lelaki dari luar.

Itu suara Gibran.

Kedua sosok misterius itu tahu siapa pemilik suara itu hingga salah satu dari mereka pun memilih untuk segera kabur.

Pintu kamar terbuka tepat setelah salah satu sosok misterius itu menghilang dari balik gorden pembatas balkon apartemen.

Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan ponsel yang menyala sebagai penerangan terlihat masuk ke dalam kamar.

Begitu Gibran memasuki kamar itu dalam sekejap listrik apartemen kembali menyala. Penerangan kembali normal seperti sedia kala.

BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang