"Mari kita menikah, Mimi..." ucap Gibran saat itu.
Mirella hanya terdiam.
"Setelah aku menyelesaikan urusanku dengan Gaby, aku berjanji akan menikahimu, Mimi," tambah Gibran dengan penuh keyakinan.
Mirella menggeleng. "Maaf atas kata-kataku tadi pagi. Aku memang tidak tahu malu, tidak seharusnya aku berkata seperti itu. Aku tidak pantas untukmu, Ib... Aku kotor..." Mirella kembali terisak.
Tanpa pernah disangka-sangka, dengan gerakan super cepat, Gibran mendorong tubuh Mirella ke tempat tidur dan men1nd1hnya.
Gibran gelap mata.
Dia mencumbu Mirella dengan penuh nafsv bahkan tanpa aba-aba.
Dan hal itu jelas membuat Mirella terkaget-kaget hingga sempat berontak, meski setelahnya kedua tangan Mirella justru dikunci oleh kedua tangan Gibran ke atas.
Gibran terus melanjutkan aksinya.
Tubuh Mirella kian gemetar dan pemberontakannya memudar seiring dengan sentvhan lembut Gibran di tubuhnya.
Mirella memejamkan mata mencoba mengimbangi alur permainan Gibran.
Terengah-engah Mirella mengatur nafasnya karena Gibran tak memberi akses untuknya beristirahat.
Napas kedua manusia itu sudah sama memburunya. Tubuh mereka sama-sama dilanda hawa panas-dingin secara bersamaan.
Mendengar Mirella yang terus menerus mengatakan bahwa dirinya kotor membuat emosi Gibran terpancing hingga lelaki itu malah meluapkan kemarahannya dengan mencvmbv Mirella.
Setelah cukup lama waktu berlalu, Gibran menjauhkan wajahnya dari wajah Mirella, memberi jarak dan waktu untuk sekadar mengambil napas baru. Lelaki itu menyatukan keningnya dengan kening Mirella.
"Jangan pernah bicara seperti itu lagi di depanku. Aku tidak suka," bisik Gibran dengan d4d4nya yang tampak naik turun. Tatapannya terus menusuk tatapan Mirella.
Keintiman mereka membuat tubuh keduanya saling bereaksi. Terlebih setelah kini, tubuh Gibran sudah seratus persen berkuasa di atas tubuh Mirella.
"Aku akan membersihkan seluruh jejak kotor di tubuhmu! Jangan menolak," bisik Gibran lagi.
Jemari Gibran menyapu bibir Mirella dengan gerakan yang sangat lembut, menghadirkan sensasi aneh dalam diri wanita itu.
Ucapan Gibran seolah obat bagi batin Mirella yang gersang. Ucapan Gibran seolah mengakhiri penantiannya. Melumpuhkan cahaya gelap yang mengukung dirinya dalam nestapa. Gibran memberinya cahaya kehidupan baru. Dan Mirella tahu, Gibran pasti serius dengan kata-katanya malam ini. Mirella pun tak ingin membuang kesempatan emas ini.
"Aku milikmu, Ib. Lakukan apapun yang kamu mau..." bisik Mirella dengan penuh keyakinan. Kedua tangannya merambat naik menyentuh pipi Gibran dan turun ke area sekitar dagu Gibran yang lancip. Hingga setelahnya, jemari halus itu menyentuh bibir Gibran. Mirella tersenyum dalam deraian air matanya.
"Aku berharap kalau ini bukan mimpi," bisik wanita itu sambil tersenyum disertai tetesan air matanya yang kembali terjatuh.
Gibran membalas senyuman Mirella. Dia menyeka air mata Mirella lalu menggeleng pelan.
"Ini bukan mimpi, Mi! Ini nyata," perlahan tapi pasti Gibran mulai larut dalam perasaannya terhadap Mirella kali ini. Menyapu seluruh keraguan yang sempat hinggap.
Kedua tangan Mirella melingkar di leher Gibran dan menarik tubuh Gibran lebih erat ke dalam dekapannya.
Mungkin dia egois dengan membiarkan hal ini terjadi. Membiarkan Gibran ikut terjun ke dalam lembah hitam kehidupannya yang penuh dengan bahaya. Tapi, bukankan ini impiannya selama ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Romansa"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...