PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Gibran yang dilayangkan oleh sang Papa kepadanya.
Gibran baru saja kembali dan dia tidak sendirian melainkan membawa serta Mirella.
Lelaki itu menjelaskan di hadapan Hardin dan Luna, bahwa dirinya berencana untuk menikahi Mirella secepatnya, karena saat ini Mirella sedang mengandung benih hasil hubungan gelap mereka.
Hardin, Sang Papa jelas murka hingga langsung mendaratkan pukulan mautnya ke wajah anak sulung lelakinya itu.
Lelaki paruh baya itu benar-benar tidak menyangka jika kelakuan Gibran ternyata bisa melampaui batas seperti ini, sebab yang Hardin ketahui tentang diri anaknya itu, Gibran adalah sosok lelaki yang pantang menyakiti hati seorang wanita.
Saat itu, Gaby menangis di pelukan Luna. Sementara Mirella duduk menunduk di sisi Gibran. Wanita itu juga terlihat menangis.
"Keterlaluan kamu Gibran! Bisa-bisanya kamu menyakiti Gaby? Sebenarnya ada apa ini? Kenapa semuanya jadi seperti ini? Apa kalian ada masalah sebelumnya? Gaby, tolong jelaskan pada Papa? Papa yakin kamu mengetahui kebejatan suamimu, kan? Lalu kenapa kamu malah menutupi semua itu dari Papa? Papa butuh penjelasan kalian sekarang juga!" Tutur Hardin dengan emosinya yang kian meluap ke permukaan. Lelaki itu berdiri berkacak pinggang di hadapan Gibran dan Mirella.
"Pah, tenang, Pah," ucap Luna agar Hardin bisa lebih tenang.
Hardin duduk gelisah. Tatapannya masih nyalang dan sarat emosi. Dia masih menunggu.
Menunggu penjelasan, baik itu dari Gibran atau pun Gaby sendiri.
"Gibran mencintai Mirella, Pah. Sejak awal harusnya Papa mengerti untuk tidak menjodohkan Gibran dengan Gaby," ungkap Gibran saat itu menahan hawa panas di pipinya akibat tamparan sang Papa. "Semua ini salah Gibran. Gibran yang brengs*k," tambah lelaki itu lagi.
Gaby terperangah mendengar pengakuan Gibran. Dia menarik diri dari dekapan Luna masih dengan tangisnya yang terus merebak. Dia benar-benar tak habis pikir, kenapa Gibran justru malah menyalahkan dirinya sendiri? Padahal jelas-jelas semua yang terjadi saat ini tak luput dari kesalahan Gaby juga.
Gaby merasa bahwa dirinya memiliki peran besar dalam semua kekacauan ini. Jika bukan karena kebodohannya, mungkin Gibran tak akan memilih Mirella. Jika bukan karena keegoisannya, mungkin kini dirinya dan Gibran sudah hidup bahagia.
Gaby benar-benar menyesal!
"Sekarang, semuanya Gibran serahkan sama Gaby, Pah. Apapun keputusan Gaby, Gibran akan terima."
Gaby menggeleng cepat, ketika mendengar ucapan Gibran berikutnya. Dia menghambur ke arah Hardin dan bersimpuh di bawah kaki Papa mertuanya itu.
"Nggak, Pah! Gibran nggak sepenuhnya bersalah. Gaby yang salah, Pah! Gaby yang udah jahat sama Gibran. Sejak awal Gaby yang terus mendesak Gibran untuk membatalkan pernikahan kami. Gaby yang selalu menghina dan menyakiti perasaan Gibran, hanya karena Gibran memiliki penyakit jantung. Gaby yang salah, Pah... Gaby minta maaf... Semua kekacauan ini timbul karena ulah Gaby sendiri. Mungkin ini semua karma untuk Gaby, karena sudah meremehkan Gibran selama ini," ucap Gaby terisak di bawah kaki Hardin.
Dengan hati terenyuh Hardin mengajak Gaby bangkit dan meminta menantunya itu duduk di sisinya.
"Boleh Papa mengajukan satu pertanyaan padamu Gaby?" Ucap Hardin.
Gaby mengangguk dengan kepala yang menunduk dalam, dada wanita itu naik turun karena sesenggukan.
"Apa kamu mencintai Gibran?"
Dan semua manusia di ruangan itu pun menunggu jawaban Gaby.
Saat itu, Gaby terdiam cukup lama sebelum akhirnya dia pun menjawab dengan sebuah anggukan kepala.
"Ya, Gaby mencintai Gibran. Dan Gaby akan mengikhlaskan Gibran menikahi Mirella dengan catatan, Gibran tidak menceraikan Gaby..."
Gibran terperangah hebat.
Hardin dan Luna saling berpandangan, merasa bersalah pada Gaby atas sikap Gibran.
Luna tampak geleng-geleng kepala, sedikit terkejut dengan apa yang diucapkan Gaby. Sebab, jika Luna ada di posisi Gaby, sudah Luna pastikan lebih baik dia mundur dari pada harus bertahan bersama lelaki brengs*k macam kakaknya itu.
Luna memang sudah mengetahui semuanya dari Mbok Sumi, termasuk tentang masalah rumah tangga antara Gaby dan Gibran selama ini. Tapi sebagai seorang wanita, Luna tetap tidak bisa menerima alasan apapun seseorang berselingkuh bahkan secara terang-terangan seperti yang dilakukan Gibran dengan Mirella. Bagaimana pun, Gaby masih istri sah sang Kakak, harusnya Gibran bisa lebih elegan mengatasi masalah, bukan dengan mengumbar nafsv duniawi dengan wanita aneh macam Mirella.
"Maaf semuanya," kali ini suara lain terdengar mengalihkan perhatian seluruh manusia di sana.
Itu suara Mirella.
Ragu-ragu wanita itu mendongakkan kepalanya dan menatap bergantian wajah-wajah manusia dihadapannya. "Sejujurnya saya yang bersalah dalam hal ini. Tidak seharusnya saya menjadi orang ketiga di tengah-tengah pernikahan Gibran dan Gaby," ucap Mirella masih dengan derai tangis palsunya. Susah payah dia menahan hawa panas dan amarah di dalam dirinya saat mendengar apa yang tadi Gaby ucapkan.
Wanita itu ingin bertahan di sisi Gibran?
Yang benar saja?
Apa dia cari mati?
Keluh Mirella dalam hati.
Meski matanya bermandikan air mata, namun tatapan sarat kebencian yang dia tujukan pada Gaby jelas tak mampu disembunyikan dan hal itu tertangkap oleh penglihatan Luna yang peka membaca situasi.
"Aku dengar, kamu itu mantan simpanan lelaki bernama Freddy Santiago? Benar begitu?" Tanya Luna membongkar apa yang dia ketahui tentang Mirella. Luna sengaja melakukan hal itu agar Hardin tahu siapa Mirella.
Dada Mirella kian sesak. Pertanyaan Luna membuatnya kehilangan muka di hadapan ayah Gibran.
"Luna, sebaiknya kita tidak usah membahas hal itu," potong Gibran cepat mencoba menjaga perasaan Mirella.
"Loh memangnya kenapa? Gue pikir Papa perlu tahu latar belakang selingkuhan lo ini kan, Kak?" Tambah Luna semakin menantang.
Gibran kehabisan kata-kata, itulah sebabnya, dia hanya diam.
"Iya, aku memang pernah menjadi wanita simpanan Freddy," jawab Mirella cepat, mencoba menengahi dan meluruskan pertanyaan Luna.
"Gibran bisa jelaskan semuanya, Pah. Tentang siapa Mirella dan kenapa nasib Mirella bisa berakhir di tangan Freddy. Semua itu tak lepas dari kesalahan Gibran di masa lalu, itulah sebabnya sekarang Gibran ingin membahagiakan Mirella setelah beribu penderitaan yang dia terima selama ini. Gibran harap Papa bisa mengerti dan mau menerima Mirella. Dia wanita baik-baik," Jelas Gibran panjang lebar.
"Tapi bagaimana dengan Gaby, Gibran? Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan Gaby?" Balas Hardin yang merasa kurang setuju akan keputusan Gibran. Nalurinya sebagai seorang ayah dan lelaki, mengatakan bahwa apa yang dilakukan sang anak kali ini salah. Entah kenapa, Hardin merasa apa yang dikatakan Gibran tentang Mirella tidak sepenuhnya benar.
"Papa tenang saja. Gaby akan baik-baik saja selama ada Gibran di sisi Gaby," jawab Gaby menengahi. Gaby beringsut ke sisi Gibran dan meraih jemari sang suami.
"Di hadapan papa dan juga Luna, aku ingin meminta maaf sama kamu atas semua kesalahan aku selama ini. Atas semua sikap kasar dan kata-kata menyakitkan yang pernah aku tujukan ke kamu. Termasuk tentang surat perjanjian pernikahan yang aku buat. Aku ingin membatalkannya dan menjadikan pernikahan kita sebagai pernikahan sungguhan. Aku berjanji akan menjalankan peranku sebagai seorang istri dengan baik. Jangan tinggalkan aku Gibran... Aku mohon..."
Rintihan Gaby membuat Gibran serba salah.
Gibran sungguh tak menyangka jika pada akhirnya Gaby akan berbuat seperti ini. Padahal sebelumnya, Gibran sudah menebak bahwa Gaby pasti akan menggugat cerai dirinya setelah dia mengumumkan niatannya untuk menikahi Mirella dalam waktu dekat.
Bagi Gibran, lebih baik dia berpisah dengan Gaby, dari pada dia harus membuat hati Gaby lebih tersakiti nantinya.
*****
HAYO, KALIAN TIM SIAPA SEKARANG GUYS?
KUY KOMEN, BIAR AUTHOR CRAZY UP LAGI YA 🙏🥰❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
BERSEDIA DIMADU (Syarat Kawin Kontrak) - (End)
Любовные романы"Silahkan baca dan tanda tangan di atas materai!" Perintah Gaby pada Gibran, seraya memberikan selembar kertas yang bertuliskan "PERJANJIAN PERNIKAHAN GIBRAN DAN GABY" Gibran membaca isi perjanjian itu dengan seksama. Dimana ada 10 hal yang tertulis...