{Tanpa judul} 2

439 55 13
                                    

"Kira Kira... Siapa yang bakal duluan pergi, ya...? "

Sungguh Yudas sangat tidak menyukai maksud dari ucapan Kaivan yang terdengar ringan di ucapkan nya. Belum selesai dengan Razka, sekarang Kaivan malah membahas hal yang sensitif baginya maupun keluarganya.

"Bisa gak sih, gak usah bahas pergi pergi aja kayak gitu bang? Cape tau gak, dengernya. " Sarkas Yudas yang menyandarkan kepalanya di atas kepala Kaivan.

"Justru kamu yang ngomong apa, Yu... Emang maksud abang 'pergi' itu apa? Meninggoy? " Yudas terdiam mendengar pertanyaan Kaivan.

Kaivan terkekeh. "Pergi duluan yang abang maksud itu... Temen temen abang lho. Mereka kan pada pengennya kuliah di luar negri, kayak... Amerika, London, bahkan ada yang pengen ke Belanda. Sedangkan waktu testing nya kan, beda beda... Belom lagi ada yang keterima dan nggak nya... Makannya mereka kayak berlomba lomba... " Jelas Kaivan yang menepuk nepuk paha adiknya. Paham sekali ketakutan terbesar Yudas.

"Gitu, seng... "

Yudas menghela nafas keras. "Lagian ini kan lagi suasana mencekam bang. Abang bahasnya harusnya lain waktu, jadi pikiran aku nya kemana mana, " Jawab Yudas merasa lega.

Kaivan tertawa. "Ya maap... Abisnya abang juga kepikiran Adrian sama Mahen. Adrian kan santai, Mahen itu ambis, kira kira siapa menurut kamu yang bakal duluan pergi ninggalin abang? "

Mendengar pertanyaan Kaivan yang ini, membuat Yudas lagi lagi terdiam. Kenapa harus dengan kata kata 'pergi ninggalin abang? ' memangnya sesedih itu Kaivan ditinggalkan oleh kedua sahabatnya?

"Mereka gak akan pergi ninggalin abang. " Jawab Yudas seadanya.

"Kenapa? Mereka kan mau ke luar negeri abang bilang... Sekarang aja udah jarang kontekan karna sibuk persiapin ujian. "

Yudas melirik kakaknya sebentar. "Kangen gitu, ceritanya? "

"Ya, dibilang kangen juga..." Kata katanya menggantung di udara. Bingung harus jawab iya atau tidak.

"Iya, gitu bang. Jawab aja 'iya' susah amat. " Ledek Yudas padanya.

"Iya... Kangen lho. Kangen masuk sekolah lagi, abang tuh... " Ujar Kaivan terdengar sendu.

"Gak ada yang spesial kok di sekolah. Tenang aja bang, " Jawab Yudas lagi, menanggapi celotehan kakak nya yang sedang tidak enak badan ini. Kadang suka tiba tiba jadi kayak anak kecil, Kaivan ini.

"Ya waktu bareng temen temen itu... Yang jadi spesial nya tau... Kamu mah jarang bareng temen ya? Kalo bagi abang, itu waktu yang bikin abang makin semangat kalo ke sekolah... "

Yudas hanya mendengarkan saja, belum ada kata kata untuk menanggapi. Ia tahu kenapa abangnya sangat ingin menikmati waktu bersama teman temannya.

Karena Kaivan tahu, bahwa waktunya sangat terbatas. Makannya Kaivan selalu memaksa ingin bersekolah layaknya anak anak remaja pada umumnya.

"Nanti aku suruh Adrian sama Mahen buat main di rumah sama abang. " Usul Yudas yang mendapat geplakan kecil dari Kaivan.

"Ngomong nya harus sopan. 'Bang Adrian, bang Mahen', " Tegur Kaivan pelan. Ia kembali tersenyum.

"Iya... Undang sama kamu, Yu. Abang tungguin di rumah. " Final Kaivan sebelum akhirnya Yudas mendengarkan dengkuran halus di sebelahnya— Kaivan sudah tidur.

Cepat sekali. Pikir Yudas.

Pikirannya sekarang melayang kemana mana. Banyak sekali urusan yang harus di pikirkan Yudas. Apalagi adiknya semakin lemah, begitu pun dengan kakaknya.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang