Pertengkaran yang tak usai

407 55 7
                                    

Razka mengangkat tangannya ke udara dan mengepalnya. Entah apa yang dilakukan oleh anak itu tapi setelahnya tangannya langsung jatuh karena lemas.

Ia masih kesal kepada Yohan. Tadi darah di infusan nya jadi naik karenanya karena ia berusaha melindungi lego yang ia buat bersama Daniel. Namun nyatanya percuma, lego yang ada di depannya juga jatuh karena kepanikan mereka bertiga.

Alhasil Razka yang sedang sensi sensi nya karena sakit pun akhirnya menangis lah. Padahal dokter Abizar bilang buat jangan bikin Razka stres ataupun kelelahan karena kondisinya pun belum stabil.

Lah ini, Razka dibuat stress ama tingkah abangnya yang beda 5 taun ama dia. Padahal jelas jelas Yohan itu udah kolot, kenapa tingkah nya masih keyak bocil???

"Kenapa juga harus ditarik sih? Kan darahnya jadi naik ka... Hampir aja," Kata Dokter Abizar yang memijat pelipisnya. Kirain dia Razka drop, taunya darahnya naik. Dasar!

"Salahin Yohan tuh! Suruh siapa mau ancurin lego gue! " Seru Razka yang menunjuk Yohan yang cuma hahah-heheh doang.

"Yang sopan sama abang ya! Bisa bisanya berbicara begitu! " Tunjuk Yohan pura pura kesal.

"Suruh siapa ancurin lego?! Dibilangin tuh jangan, ya jangan... Ngeyel! " Razka tak mau kalah dari abangnya. Kalau Yohan sewot, ya dia juga harus balas sewot.

"Nggak ya! Sama sekali nggak ancurin lego! "

Daniel yang awalnya hanya memperhatikan lama lama kesal juga sama mereka.

"Razka, Yohan, diam. " Tegur Daniel serius, memperlihatkan lagi sisi dinginnya, agar kedua adiknya diam.

"Ape?! Mau ikutan berantem?! Sini, maju ke tengah! Mental tikus, diem di pojokan! "

"Iya! Dasar mental tikus! Emang sih, tikus, dia kan kerja di perusahaan! "

Bukannya takut, kedua adik dari Daniel Falan Ganendra itu malah menyerangnya balik. Sialan! Harga dirinya serasa hilang begitu saja.

"Ngebantah? "

"Bukan! Berontak ini namanya! " Entah dari mana, semangatnya tiba tiba kembali, padahal tadi sempat lemas hingga sulit berbicara. Taunya...

"Berani sama saya? "

"Berani lah! Manusia, ngapain di takutin? Sama sama makan nasi kan, bukan makan paku. " Sahut Yohan juga. Sekarang bukan lagi musuh sama Razka, tapi jadi bestie yang nyerang Daniel.

Abizar menggelengkan kepalanya. Ada apa dengan keluarga ini...?

"Udah ya... Berantem nya udahan... Nanti Razka drop lagi kalo berantem terus. " Ucap Abizar mencoba melerai ketika keadaan semakin memanas. Bahkan Daniel yang biasanya tenang, kini ikut ikutan ngebales ucapan adek adeknya.

Ketiga orang itu melihat Abizar dengan tajam. "Ikut ikutan aja, " celetuk Razka ringan. Bukannya diam dan tersinggung, Abizar langsung menjitak kepala Razka dengan kencang sampai ia meringis. Membuat kedua pawangnya menatapnya tajam.

"Apa? Mau ngadu? Biar gue tunjukkin kebisaan gue ama kalian! " Abizar menggulung lengan baju nya sampai terlihat tato kecil di tangannya. Abizar menunjukkan suntikan nya ke depan wajah ketiga bersaudara itu dengan wajah tenang tapi seram.

"Adek baik baik ya, nanti di suntik mati sama dokter jahat. " Yohan langsung mengelus kepala adiknya yang sekarang terlihat lemas lagi. Lemas karena melihat suntikan itu.

Razka mengangguk anggukan kepalanya. "Abang... Adek atut... " Katanya pelan tapi geli. Sedetik kemudian anak itu tertawa, bahkan terkesan meledek.

Benar. Anak itu tidak ada takut takut nya sama sekali.
Abizar memutuskan untuk keluar dari ruangan Razka. Cape banget liat anak itu.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang