Part 2

3.6K 291 5
                                    

"Buruk sekali hari ini, sudah hujan mana aku tidak membawa payung lagi," gerutuku pelan sambil menunggu bus di halte yang sudah penuh sesak ini.

"Ada apa dengan orang ini... menjijikkan sekali!" Batinku seraya melihat sedikit ke arah belakang.

Tubuhku merinding saat melihat seorang pria tua yang kelihatan sedang mabuk berusaha menyentuh pahaku yang tidak tertutup rok sekolah yang pendek. Rok sekolahku memang 15 cm di atas lutut.

"Permisi," teriakku keras, aku menerobos kerumunan orang dan keluar dari bus, untung saja pria mabuk itu tidak mengerjarku yang sudah seperti orang mandi keringat.

"Lucky!! Hujan berhenti dan aku tidak akan terlambat ke sekolah," kataku sambil berjalan lumayan cepat menuju sekolah yang sudah terlihat dalam sudut pandangku.

"Lagi memeriksa apa ya?" Batinku saat sedang mengamati dari jauh seorang murid laki-laki yang tampak kalang kabut saat seorang guru menanyainya tentang suatu hal. Aku memicingkan maraku agar meligat dengan jelas. "Yaa... ampun lambang sekolahh..." pekikku panik saat mengingat aku juga tidak membawa lambang sekolah karena terburu-buru berangkat ke sekolah tadi.

"Lin, kenapa kamu tidak masuk?" tanya Dinh tiba-tiba. Dia menepuk pundakku lumayan keras membuatku terlonjak kaget.

"Tidak, tidak dengan lambang, aku pasti dihukum," jawabku lesu sambil menunduk menghindari tatapannya.

"Oh? Aku juga tidak membawanya juga!" Kata Dinh dengan nada tenang. Aku hanya membelalakkan mataku memandangnya yang tampak sangat santai.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanyaku panik.

"Jangan panik seperti itu. Cukup diam saja disampingku dan perhatikan aku," serunya sambil mengedipkan sebelah matanya kearahku yang hanya bisa mengerjap bingung.

Dinh pun mulai beraksi "Ouch...Ouch... Perutku sakit sekali, sepertinya aku keracunan makanan, tadi pagi aku makan 10 telur goreng, 3 tahu dan 3 gelas susu... Bleugh... Bleughh...." Serunya sambil pura-pura akan muntah, tangannya diletakkannya di perutnya seakan-akan menunjukkan bahwa Ia benar-benar kesakitan.

"Hei.... Kamu yang disana! cepat antar dia ke UKS sekolah," seru penjaga gerbang itu sambil menunjuk kearahku lalu kearah Dinh, dia memandang Dinh dengan tatapan agak jijik mungkin karena mereka takut Dinh akan muntah dan mengenainya.

"Baik," kataku dengan sigap lalu memegangi Dinh dan berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Sepertinya dia sudah tidak melihat kita lagi disini... yeahh... Misii selesai!" Pekik Dinh senang.

"Terimakasih banyak, aku tidak akan masuk tanpa bantuanmu," kataku tulus.

"Tidak masalah, kita teman bukan? Kita harus saling membantu," kata Dinh dengan tulus pula.

"Friends?"

"Yeah."

Akhirnya aku dan Dinh masuk ke dalam kelas kami dan menjalani hari seperti biasa.

****

"Lin, maukah kau menemaniku ke suatu tempat?" Bujuk Dinh padaku. Dia sudah rapi dengan tas dipunggungnya menatapku dengan pandangan memohon.

"Huh...? Tapi aku harus pulang," tolakku dengan halus. "Aku bisa dimarahi oleh Ibuku jika pulang telat. Kau tahu bagaimana menyeramkannya ibuku kan?" Tanyaku dengan wajah memelas. Aku juga ingin ikut tapi halangan ibu yang mengatakan aku tidak boleh keluyuran sendirian membuatku tertekan.

"Sebentar saja. Ayolah... tempat itu juga sejalur dengan rumahmu kok," rayu Dinh lagi. Dinh tidak akan menyerah sampai Lin Ling menemaninya.

"Baiklah," kataku akhirnya. Aku tidak tega melihat Dinh merengek seperti itu. Hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih atas pertolongannya pagi tadi.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang