Part 22

1.7K 149 6
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ^.^
____________________________

"Kita istirahat di sini," kataku sambil menunjuk sebuah gua yang tak jauh dari tempatku sekarang.

"Baiklah, kau istirahat saja dulu sedangkan aku akan berburu binatang yang ada di hutan ini," katanya sambil pergi meninggalkanku.

"Baiklah, aku akan membuat api unggun dulu," seruku padanya.

****

"Ini hasil buruanku memang tidak terlalu banyak," katanya sambil menyerahkan beberapa kelinci dan rusa kepadaku.

"Tidak ini sudah cukup banyak, kau istirahatlah aku akan mengerjakan sisanya," kataku sambil membawa hasil buruan Terryus ke dekat api dan mulai memotong-motongnya hingga kecil lalu kutusuk pakai ranting yang tadi kutemukan di luar gua setelahnya aku membakar daging-daging itu dan memberikannya kepada Terryus yang sedang memejamkan matanya.

"Terryus, maaf mengganggu istirahatmu, ini dagingnya makanlah selagi masih panas," kataku sambil menyodorkan daging kelinci kepadanya.

"Terimakasih," katanya sambil membuka mata dan menerima daging yang kusodorkan padanya.

BRUAAKK..... "Apa itu?" Tanyaku heran saat mendengar bunyi nyaring itu.

"Biar aku saja yang memeriksanya, kau tunggu disini saja jangan keluar dan jangan lupa siapkan pedangmu jika terjadi apa-apa," katanya tegas lalu meraih pedangnya yang disandarkannya di dinding gua.

Aku hanya mengangguk dan menyiapkan panah serta busur bulanku, karena menurutku panah bisa membantu Terryus dari jauh jika terjadi sesuatu. Setelah lama aku menunggu muncul bayangan hitam menuju kearahku tampak agak miring karena sepertinya menopang berat. Kusiapkan busurku di tempatnya dan siap membidik siapa yang datang.

"Jangan tembak Lin, ini aku, Terryus!" Serunya nyaring.

"Ya ampun, Terryus? ada apa diluar?" Tanyaku bingung. "Dan siapa ini?" Lanjutku sambil menyernyit bingung saat melihat pria yang dibawa oleh Terryus.

"Aku juga tidak tahu, aku menemukannya berlumuran darah disana sepertinya dia habis bertempur habis-habisan lalu jatuh ke jurang beruntung aku membawanya kesini sebelum dia di mangsa binatang buas di luar sana," katanya sambil membaringkan pria itu di lantai gua. Pria itu hanya bisa mengerang kesakitan.

"Akan kuobati dia, aku cukup banyak membawa persiapan obat-obatan," kataku panik sambil berjalan menuju tas ku yang kuletakkan agak jauh di dalam gua.

Kubuka baju laki-laki itu dengan pelan dan kuobati luka-lukanya lalu kubalut dengan perban dan kututupi dia dengan selimut tebal yang kubawa.

Bila kuperhatikan pria ini kemungkinan besar seorang knight atau bangsawan bisa dilihat dari rambut panjangnya yang berwarna ungu gelap, pedangnya yang berwarna ungu gelap hampir menyerupai hitam juga penuh dengan hiasan batu permata berwarna ungu kemerahan tersampir di pinggangnya. Dia juga membawa panah berwarna ungu dengan hiasan batu permata runcing berwarna ungu pula.

 Dia juga membawa panah berwarna ungu dengan hiasan batu permata runcing berwarna ungu pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang