Okay...
cek.. cek...
Satu.. dua.. tiga... cek...
Hallo!!! Mayu kembali... lama update ya?? 😁Sampai kalian terus minta aku buat update cerita abal-abalku ini. Gini nih sebenarnya aku kehabisan ide buat ngelanjutin cerita ini... 😑😑 terlebih lagi aku terkena writer block 😭😭
Okay berhenti basa basinya...
Manteman... bukan berarti aku hiatus ya 😏 aku cuma slowwwww update mungkin bisa sebulan atau dua bulan sekali☺️ aku gak bisa lagi kayak dulu seminggu sekali update. Selain gak ada ide, aku sibuk mempersiapkan kuliah😅 tapi aku berusaha akan terus update cerita ini meski lambat🎉 jadi tetap stay tune di lapakku...
Ciaoooo....
**************
Arthur mengencangkan baju besi di tubuhnya, tangannya juga mengikat pedang Excalibur di pinggangnya. Pandangannya mengarah pada satu busur anak panah yang masih tergantung rapi di sebelah cermin di depannya.
"Yang Mulia Raja Arthur semua sudah siap. Para knight sudah berdiri di posisi mereka masing-masing." Seorang pelayan memberikan seruan di depan kediaman Arthur setelah sebelumnya meminta izin.
"Aku akan kesana," putus Arthur. Arthur menatapnsekali lagi pantulan dirinya di cermin lalu mengambil kantong anak panah dan mengaluhkannya di punggungnya. Tangannya meraih busur panah bertatahkan berlian kepunyaannya.
"Arthur. Akhirnya kau keluar juga." Lin Ling mendesah lega. Arthur mengibaskan tangannya mengusir para pengawal yang masih setia berdiri di samping mereka.
"Kenapa tidak masuk saja ke dalam?" Tanya Arthur, tangannya melingkari pinggang Lin Ling hingga tubuh mereka berdempetan. Lin Ling merona, ia belum terlalu biasa dengan sentuhan seintim ini dengan Arthur bahkan Lin Ling bisa merasakan setiap hembusan nafas Arthur di wajahnya. Mereka seakan berbagi nafas apalagi Arthur menyatukan kening mereka berdua.
"Aku hanya tidak ingin mengganggumu bersiap-siap," jawab Lin Ling malu-malu, suaranya hampir menyerupai bisikan.
"Kau tidak akan pernah menggangguku calon Ratu masa depanku. Kau sudah siap? Apa sebaiknya kau tinggal di istana saja." Mata bening Arthur menyiratkan kekhawatiran. Lin Ling tersenyum maklum. Fakta bahwa ia akan mati hari ini bukan berita baru bagi seluruh knight. Hanya saja, Lin Ling meminta agar mereka merahasiakan hal ini pada Arthur karena ia tak ingin membuat Arthur takut atau kalap.
"Tidak akan. Aku tidak mau tinggal di istana. Sudah kukatakan aku akan terus mendampingimu sekalipun itu di medan perang." Lin Ling tersenyum ceria. "Ingat kalau busur panah ini bisa melindungiku juga." Lin Ling memegang ujung busur panahnya yang berwarna biru muda cermerlang.
"Tapi busur itu hanya bisa melindungimu sebentar saja." Arthur masih khawatir.
"Tenang saja. Aku mempunyai Raja yang sangat hebat dan para knight yang bisa menjagaku." Lin Ling tersenyum ceria. Meski di dalam hatinya ia menjerit ketakutan meninggalkan pria yang ia cintai mengingat hari ini adalah hari dimana dirinya tewas. Ia tidak boleh merusak jalan cerita, meskipun ini games tapi ini juga realita. Realita yang disembunyikan.
"Ayo kita berangkat sekarang, tidak baik membuat para knight itu menunggu. Mereka bisa kehilangan semangat sebelum berangkat." Ucap Lin Ling setengah bercanda. Arthur mengangguk singkat. Ia memberikan ciuman singkat di kening dan bibir Lin Ling lalu merangkulkan tangannya di pinggangnya, menuntunnya untuk berjalan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy Knight
FantasyLin hanya seorang anak SMA biasa, tidak terkenal, biasa-biasa saja bahkan sering di bully. Dihari pindahannya ke sekolah baru, Lin mendapatkan sebuah video game yang mengirim dia ke sebuah dunia dimana dia menemukan penyihir dan memberi tau dia bahw...