Part 58

846 102 3
                                    

Maaf banget lama update, sumpah aku sibuk banget, untuk nulis aja, curi waktu, padahal sekolah baru masuk kan ya? Pr-ku sudah sejibun belum lagi ulangan... sorry jadi curcol... happy reading guyss...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Matahari pagi menyinari wajah Lin Ling, ia meringkuk semakin dalam. Tidur di alam terbuka terlebih di tempat yang penuh es seperti ini sungguh tidak enak, meskipun api masih menyala tapi panas api serasa tidak mempan membunuh hawa dingin yang menggigit. Jika saja Merlin mengajarkan sihir api bukan sihir angin, pasti disini akan lebih hangat.

"Lin, ayo bangun. Kita harus kembali ke istana." Lancelot menggoyang tubuh Lin Ling yang dingin membeku. Ia takut jika mereka terlalu lama berada disini Lin Ling akan mati membeku. Badannya saja sulit digerakkan dan serasa mati rasa akibat dingin.

"Lan-Lan? Sudah pagi?" Lin mengucek matanya sebelum merenggangkan tubuhnya.

"Iya. Ayo kita kembali ke istana." Lancelot tersenyum manis. Lin Ling mengangguk, ia memakai kembali mantel tebalnya yang sebelumnya di jadikannya selimut untuk tidur lalu mengeluarkan kalung yang diberikan Merlin dan mengarahkannya kearah matahari terbit. Kalung itu terangkat ke udara lalu perlahan-lahan membesar hingga seukuran manusia dan membentuk portal tipis berwarna-warni.

"Ayo masuk Lan-Lan. Disini dingin sekali, tidak malam tidak pagi sama saja dinginnya." Lin Ling mengeratkan mantelnya lalu melangkahi portal itu dalam sekali langkah, rasa teraduk-aduk muncul di perutnya. Ia memang belum terbiasa memasuki portal sihir, sensasinya bikin mual.

"Lin Ling? Kau tak apa-apa?"

"Tidak apa, hanya pusing saja," gumam Lin Ling. Ia menyandarkan tubuhnya pada Lancelot untuk mengembalikan perasaan yang tak enak akibat perjalanan menggunakan portal sihir.

"Selamat datang kembali Lancelot, Lin Ling," sapa Merlin hangat. Disebelahnya berdiri Arthur dengan wajah tak terbaca antara marah dan khawatir menjadi satu. Tapi sepertinya rasa marah lebih mendominasi dilihat dari aura yang menguar dari tubuhnya terasa tidak enak, membuat merinding.

"Yang Mulia, kami datang dengan benih suci ini. Kami telah menyelesaikan misi ini." Lancelot berlutut memberi hormat lalu menyerahkan benih suci itu kepada Athur yang langsung diserahkannya kepada Merlin.

"Terimakasih My first knight. Kau bisa beristirahat, pasti sangat melelahkan melakukan perjalanan jauh," ucap Arthur ramah. Tapi pandangannya menajam saat melihat kearah Lin Ling. Ia tersenyum tapi senyumnya mengerikan meskipun hanya terlihat sekilas.

"Terimakasih atas kebaikan hati anda, Your Highness." Lancelot berlutut lalu berbalik pergi meninggalkan Lin Ling, Arthur dan Merlin.

"Yang Mulia, saya akan menunggu anda di tempat dilaksanakannya round table." Merlin menghadap Arthur sebelum berbalik kepada Lin Ling dan tersenyum. "Kerja bagus Lin Ling."

"Terimakasih Merlin." Lin Ling tersenyum manis.

"Lin Ling bisa kita bicara sebentar?" Tanya Arthur tegas. Meskipun ia bertamya tapi nadanya terdengar mengancam. Lin Ling memandang Arthur setengah ketakutan. Di benak Lin pasti Arthur akan marah padanya.

"Bisa. Anda ingin bicara apa Yang Mulia?" Lin Ling menggunakan bahasa formal untuk menutupi ketakutannya.

"Aku khawatir padamu." Arthur menubruk tubuh Lin Ling dan memeluknya dengan erat. Ia tak melepaskan ataupun melonggarkan pelukannya meskipun Lin Ling meronta agar dilepaskan karena pernapasannya terganggu.

"Art–thur lepas. Se–sesak. Ak–aku tidak bisa ber–napas." Seru Lin putus-putus. Ia memukul punggung Arthur dengan kuat berharap dilepaskan untul mengambil pasokan oksigen.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang