Budayakan Vote sebelum membaca ^.^
____________________________________Aku bersiap-siap pergi ke pesta penobatan Arthur nanti malam, meski sebenarnya aku belum terlalu siap untuk menghadapinya. Farkas dan Terry berkata jika aku masih tidak siap aku dapat tidak datang ke pesta itu tapi aku merasa sangat tidak enak. Beberapa hari lagi aku harus berpisah dengan Arthur setelah perang besar yang akan dipimpinnya.
"Lin? Kau sudah siap? Jika kau tidak siap untuk bertemu dengannya kau dapat tinggal disini," seru Rose mengejutkanku. Dia menatapku dari cermin.
"Ohh... Rose, ya... Aku sudah siap ayo kita pergi sekarang, jangan mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja," seruku.
"Kau selalu berkata bahwa kau baik-baik saja," gerutu Rose. Dia mengajakku untuk keluar dari kamar Farkas karena yang lainnya sudah menunggu di ruang tengah istana.
"Lin, kau tampak sangat cantik malam ini," seru Farkas memujiku, saat melihatku turun bersama dengan Rose.
"Terimakasih," jawabku sambil tersenyum manis.
"Terimalah tanganku My Lady, saya akan mengantar anda ke kereta," katanya seraya mengulurkan sebelah tangannya kepadaku yang segera kusambut dengan cepat.
"Terimakasih Farkas."
"Anything for you My Lady," jawabnya sambil tersenyum manis.
****
"Lin!! Akhirnya kau datang juga," seru Lancelot dan Kai bersamaan. Aku hanya tersenyum saat memandang mereka berdua berjalan beriringan menuju ke arahku. Farkas, Terry dan Rose segera menyingkir sebentar saat melihatku ingin berbicara serius dengan kedua orang di depanku itu.
"Tentu saja aku datang," jawabku lirih.
"Yang Mulia Raja Arthur akan segera keluar!" Terdengar suara seseorang. Arthur keluar dari tempatnya dan menuju kursinya.
"Lin kau tak apa?" Tanya Lancelot khawatir saat melihat wajahku yang tiba-tiba berubah menjadi sendu.
"Aku tidak apa-apa Lan-Lan, terimakasih sudah mengkhawatirkanku," jawabku cepat.
"Arthur, saat memandangmu dari sini membuatku merasa kamu terlalu jauh dari genggamanku. Kamu memang berada di depan mataku, tapi seakan ada dinding tak kasat mata diantara kita yang dimana aku tidak akan pernah bisa mencapainya," batinku sendu sambil menatapnya dari kejauhan. Air mataku sudah tidak bisa kubendung lagi, dengan cepat segera kuhapus air mataku dengan kasar lalu berbalik pergi.
"Arthur dunia kita berbeda. Seperti sebuah kertas dimana kamu disisi satunya sedangkan aku disisi yang lainnya. Kamu dan aku tidak akan pernah bisa bersatu dan menjadi satu," gumamku sedih lalu berlalu pergi secepat yang kakiku bisa melangkah.
Aku berlari tak tentu arah, otakku tidak dapat berpikir dengan jernih lagi, aku hanya mengandalkan kedua kakiku untuk membawaku ke suatu tempat yang dapat menenangkan hatiku yang tengah bercampur aduk ini.
Dengan nafas terengah-engah aku mendudukan diri di pinggir kolam, satu tempat yang terlihat di mataku saat aku berlari tak tentu arah tadi. Kulepas sepatuku lalu merendam seluruh telapak kakiku di dalamnya. Kutatap pantulan mukaku yang berantakan akibat menangis terlalu lama di dalam kolam.
"Aku sudah tahu bahwa aku tidak dapat bersatu denganmu tapi kenapa rasanya sakit sekali??" Kataku pilu. Kutatap tanganku yang berbalut sarung tangan berwarna merah muda lalu mengepalkannya.
"Apa yang tidak bisa bersatu hmm?"
Aku terlonjak kaget mendengar suara itu. Suara orang yang berusaha kuhindari beberapa jam ini sekaligus suara yang dapat membuatku menjadi seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/61819726-288-k259085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy Knight
FantasyLin hanya seorang anak SMA biasa, tidak terkenal, biasa-biasa saja bahkan sering di bully. Dihari pindahannya ke sekolah baru, Lin mendapatkan sebuah video game yang mengirim dia ke sebuah dunia dimana dia menemukan penyihir dan memberi tau dia bahw...