Part 36

1.7K 124 6
                                    

PRANG!! TAK!! BUM!!

Suara dentingan pedang dan ledakan besar menghiasi arena lapangan pertandingan. Arthur dan Marques Gawaine hanya terlihat sekelebatan di antara kumpulan asap tebal. Aku berusaha memicingkan mataku untuk melihat.

Saat kumpulan asap mulai mereda terlihat Arthur berdiri di tengah lapangan tampak kelelahan. Badannya ditopangkan di pedangnya yang tertancap ke tanah. Darah terlihat mengalir dari sudut bibirnya. Arthur mengusap darah itu dengan sedikit kasar.

Keadaan Marques Gawaine tidak jauh berbeda dengan Arthur. Nafasnya terlihat berat. Tapi dia masih masih dapat berdiri dengan tegak. 

Arthur mencabut pedangnya dari tanah dan mulai mengacungkannya ke depan. Marques Gawaine melakukan hal yang serupa.

Aku menggigit bibir bawahku dengan gugup. Keadaan Arthur sudah tidak memungkinkan untuk memenangkan pertarungan ini. Dia sudah kehabisan banyak tenaga saat pertarungan yang pertama berlangsung. Di pertarungan utama Arthur terlau diliputi oleh emosi sehingga di tidak bisa mengontrol tenaganya dengan maksimal.

"Kenapa Yang Mulia? Inilah serangan akhir anda?" Marques Gawaine bertanya dengan tenang.

"Belum, ini belum berakhir."

"Saya merasa tersanjung mendengarnya Yang Mulia, kalau begitu lebih baik saya yang akan menyerang anda." Marques Gawaine terdiam sebentar lalu pedangnya bersinar warna merah darah. Warna hitam yang terdapat di gagangnya bertambah pekat seiring bertambahnya sinar merah darahnya.

Arthur juga mulai mempersiapkan diri menerima serangan, pedangnya juga mulai mengeluarkan sinar berwarna putih redup. Arthur mulai kehabisan tenaga karena mengeluarkan serangan terakhirnya tadi, sehingga tidak memungkinkan untuk mempertahankan menerima serangan berikutnya dari Marques Gawaine, tapi meskipun begitu dia tetap mencoba mengeluarkan tenaganya untuk bertahan sekali lagi.

Marques Gawaine tersenyum lalu berlari menyongsong Arthur yang tetap terpaku di tempatnya.

"Semoga anda bisa bertahan Yang Mulia." Diayunkannya pedang merah itu sekuat tenaga. Bersiap menebas kepala Arthur.

"Aku juga berharap seperti itu padamu." Pedang Arthur bersinar terang dan semakin terang. Sinar redupnya digantikan dengan sinar putih menyilaukan. Arthur menyerigai.

TAK! BUMMM!!!

Ledakan besar terjadi di arena. Merlin dengan sekuat tenaga mengeluarkan kekuatannya agar istana bagian yang lain tidak hancur. Kekuatan Arthur dan Marques Gawaine jika tidak ditahan oleh Merlin dapat menghancurkan sebagian besar istana. Saat kumpulan debu mulai menipis. Arthur mencengkram pedangnya sedangkan pedang Marques Gawaine terlempar jauh dari arena mereka, masih menyisakan sinar merah redup yang hampir mati, sedangkan warna hitam pada gagangnya berangsur-angur kembali seperti semula.

"Saya mengaku kalah." Marques Gawaine menghela nafas lalu berlutut, salah satu tangannya diletakkan di dadanya. "Saya Gawaine, akan mengabdi setia kepada anda sebagai seorang knight. Saya akan mengikuti anda dan tidak akan menghianati anda. Inilah janji antara para knight." Marques Gawaine lalu berdiri dari hadapan Arthur berjalan menuju dimana pedangnya terlempar, mengambilnya kemudian dimasukkannya kembali ke dalam sarung pedangnya dan digantungkannya kembali di pinggangnya.

Arthur menghela nafas dengan berat lalu tersenyum tipis sambil menatapku. Aku berjalan turun lalu menghampiri Arthur yang berdiri hanya bertopangkan dengan pedangnya.

"Aku tidak akan kalah bukan? Kenapa kau ragu untuk mempercayaiku?" Arthur bertanya saat aku berada di depannya–membantunya agar dapat berdiri dengan tegak.

"Aku mempercayaimu, aku hanya ragu saja." Aku membalas perkataannya lalu meleletkan lidah.

"Tapi aku tidak akan menyerah padamu Lin Ling, sekarang sebagai knight Yang Mulia, aku akan sering berada di istana kerajaan dari pada di Mansionku sendiri." Marques Gaiwaine mengedipkan mata dengan jahil.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang