Part 7

2.4K 195 0
                                    

"Handphoneku masih di atas meja. Letak komputerku juga masih sama, tidak ada yang berubah sama sekali." Mataku masih melihat sekeliling, menerka-nerka apakah ini masih di dalam mimpi.

"Aku benar-benar telah kembali!" Pekikku girang. Aku meloncat dari atas tempat tidur dan menyibak horden hingga menampilkan sinar mentari yang cerah.

"Waktu tidak berhenti hanya melambat. Disana aku sudah berhari-hari sedangkan disini sudah pagi. Kata-kata pada waktu itu masih berada di layar komputerku. Apakah akan membawaku kesana lagi? CDnya gampang sekali keluar. Aku seperti sedang bermimpi. Aku masih tidak percaya. Jika itu mimpi, kenapa aku masih mengingat setiap detail dari mimpi itu? Merlin, Kai, dan anak itu, Arthur... Apakah benar mereka cuma mimpi?" Pikiranku melayang-layang akan kejadian yang baru saja menimpaku, entah itu mimpi ataupun kenyataan.

KLLEEEKK

"Ibu? Ibu sudah di rumah? Ibu!!" Aku berlari lalu memeluk ibuku yang baru pulang ke rumah. "Ibu aku kangen padamu!" Seruku sambil bergelanyut manja di lengannya.

"Anak bodoh, aku tidak pergi selama itu. Bibimu baik-baik saja sekarang, kamu tidak perlu khawatir lagi," kata ibuku sambil mengelus-ngelus puncak kepalaku.

"Tapi aku merasa ini sudah satu tahun semenjak Ibu pergi," kataku manja.

"Ibu dapatkah aku mengunjungi bibiku minggu ini, aku janji pelajaranku tidak akan berpengaruh. Kumohon. Aku mau mengunjunginya, jadi~"

"Ada apa denganmu hari ini?" Ibu mengelus kepalaku pelan.

"Ibu kumohon!"

"Baiklah. Ibu akan membawamu dalam minggu ini," jawab Ibu sambil tersenyum.

"Kenapa membicarakan tentang perasaanku tidak begitu sulit lagi? Apakah ini pengaruh dari mimpi itu?" Pikirku.

*****

Beeppp....beeeppppp...

"Uhh... Aku masih tidak terbiasa bangun pagi. Aku tidak ingin memanjat dinding lagi, itu pengalaman yang memalukan diseumur hidupku, meskipun di tempat pangeran brengsek itu juga sangat memalukan." Aku berlari menuju sekolah. Seperti biasa kebiasaanku yang sangat susah untuk dihilangkan adalah TELAT.

****

"Pangeran ketiga!"

"Pangeranku!"

"Tapi aku lebih mengidolakan Scarstaight, dia lebih segalanya."

Teriakan para gadis-gadis terdengar di sekitar gerbang sekolah saat Luc, sang pangeran ketiga turun dari mobilnya. Dia berdiri dalam diam, matanya seperti mencari-cari sesuatu sesaat matanya berhenti untuk menatapku.

"Apakah dia menatapku? Ataukah aku salah? Apapun yang terjadi aku harus pergi!" Lin menyingkir dari kerumunan murid perempuan yang semakin bertambah banyak.

"Luc, kenapa kamu telat?" Tanya seorang gadis cantik yang dari gayanya terlihat sangat mengenal Luc, sang pangeran ketiga. Gayanya yang sangat sok seakan Luc adalah pacarnya.

"Lihat wanita itu, dia adalah Diandra biasanya dipanggil Di oleh anggota Cheersnya, gadis gila itu pasti membereskan orang yang berani mendekat kepada pangeran ketiga, seakan-akan pangeran ketiga adalah pacarnya padahal wajahnya biasa-biasa saja tapi sifatnya bikin muak," bisik seorang gadis kepada teman di sebelahnya. Aku yang mendengar itu hanya menyernyit heran sambil menatap kedua orang di depanku.

Masih ada ya orang yang seperti itu di dunia ini? Sangat tidak masuk akal.

"Apakah kamu gadis bermata empat yang selalu bersama dengan Dinh?" tanyanya sambil berjalan ke arahku dan tersenyum mengerikan.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang