Hei... heiii... satu bulan Mayu gak update... muehehehe... jangan marah yaa... Mayu lagi dihadapkan dengan kesibukan dunia yang mengharuskan Mayu off dari dunia wattpad untuk sementara waktu. Dan lagi cerita ini bakal tamat di episode 75 kayaknya yaa... Mayu belum bisa pastiin tapi tak lama lagi pasti akan tamat. Oke sekian... sampai jumpa di chapter depan.
Happy reading!!
•
•
•"Karena Lin Ling sudah mempunyai orang yang disukainya."
"Darimana kau tahu?"
"Aku tak sengaja bertanya dan melihat sedikit."
"Kalian berbicara seakan-akan tak ada aku di depan kalian." Lin King cemberut.
"Yahh... berarti aku sudah terlambat dong. Sudah berapa lama kau bersama kekasihmu itu?"
"Cukup lama tapi mungkin aku tidak bisa melihatnya lagi." Lin Ling menunduk sedih.
"Kenapa?"
"Karena—"
****
"Karena duniaku dan dunianya sudah berbeda. Tidak memungkinkanku untuk pergi kesana." Ucap Lin Ling lesu.
"Sudah jangan terlalu dipikirkan. Kita ke aula saja melihat persiapan panggung kita." Dinh menarik tangan Lin Ling untuk pergi diikuti Kanata.
"Kau terlalu menarik perhatian Kanata, berjalanlah agak jauh dari kami." Dinh menatap Kanata dengan sinis.
Kanata tersenyum maklum tapi ia tetap tidak menjauh dari kedua gadis itu. "Tidak perlu risih, nanti juga biasa."
"Biasa kepalamu!" Semprot Dinh kesal. "Risih rasanya melihat mereka semua menatapmu seakan kau seonggok daging segar dan kami lalatnya."
"Perumpamaanmu agak gimana gitu." Kanata menggaruk belakang kepalanya.
"Memang benar kan kataku?" Dinh mendengus kesal. "Kami berdua seperti lalat tak penting yang mengerubunimu. Kalau seandainya kamu tidak jalan di samping kami, pasti mereka sudah menghajar kami." Lirikan mata Dinh menunjuk beberapa siswi yang terang-terangan memelototi kami.
"Bilang saja kau tidak suka kuabaikan." Kanata merangkul bahu Lin Ling yang kebetulan berjalan di sampingnya.
"Dalam mimpimu!" Dinh mendecak kesal. Ia menghentak-hentakkan kakinya.
"Sudah. Daripada kalian berantem tidak jelas seperti itu, gimana kalau kita cepat pergi ke aula? Aku mau istirahat di rumah."
"Kau sakit?" Dinh menatap cemas, begitupula Kanata. Ia bahkan memajukan wajahnya hingga dekat dengan wajah Lin Ling yang langsung saja di dorong menjauh oleh Dinh yang merasa risih melihat kedekatan Kanata yang tidak wajar itu.
"Tidak." Lin Ling menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa kau mau pulang? Ini masih pagi?"
"Aku?" Lin Ling menggusap tengkuknya. "Aku ada sesuatu yang ingin kulakukan."
"Oo... baiklah kalau begitu. Kita akan mempercepat pelatihannya. Tapi meskipun dipercepat, kita akan pulang agak siangan juga. Urusanmu tidak apa ditinggal sebentar?"
"Tidak masalah. Asal belum sampai malam saja." Lin Ling mencoba tersenyum.
****
Lin Ling melangkah keluar dari supermarket di dekat rumahnya. Tangannya tampak menenteng suatu barang dengan hati-hati seakan-akan itu adalah nyawa terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy Knight
FantasyLin hanya seorang anak SMA biasa, tidak terkenal, biasa-biasa saja bahkan sering di bully. Dihari pindahannya ke sekolah baru, Lin mendapatkan sebuah video game yang mengirim dia ke sebuah dunia dimana dia menemukan penyihir dan memberi tau dia bahw...