Part 50

1.2K 110 15
                                    

"Apa yang kau katakan pada Arthur, Lan?" Kai menghampiri Lancelot yang sedang duduk santai di padang rumput yang luas. Kudanya ditambatkannya di salah satu pohon. Ia berjalan menghampiri Lancelot.

"Aku hanya memberitahunya takdir yang mengikuti dirinya."

"Kenapa kau beritahukan itu padanya?"

"Karena menurutku, Your Highness harus tahu sekarang. Cepat atau lambat Your Highness pasti akan mengetahuinya dan aku hanya membuatnya memikirkannya dari sekarang tanpa menyakiti perasaan Lin." Lancelot bangkit dari duduknya. Ia bersandar pada sebatang pohon.

"Kau membuat Arthur tertekan. Belum lagi permasalahannya dengan Princess Guinevere untuk round table." Kai mendesiskan keberatannya. Ya benar, Kai sudah tahu hal itu. Ia tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan Lin dengan Merlin sebelumnya. Awalnya ia hanya ingin mencari Lin di tempat Merlin tapi tidak sengaja pintu ruangan Merlin sedikit terbuka, dengan rasa penasaran tingkat tinggi ia mencuri dengar seluruh pembicaraan itu. Mengenai Lin akan mati saat busurnya berubah warna, ia pun tahu itu. Tapi ia sebisa mungkin memendamnya dengan erat, menjaga mulutnya agar tidak bocor keluar apalagi sampai Arthur mengetahuinya, bisa runyam masalahnya nanti. Dan itu merupakan suatu hal yang sangat berat untuknya.

"Kau berbicara sesuatu Kai?" Lancelot membalikkan tubuhnya yang sebelumnya sudah mulai menjauh dari Kai.

"Tidak, tidak ada." Lebih baik begini, pikir Kai dalam hatinya. Ia tidak mungkin memberitahu Lancelot mengenai apa yang ja dengar, meskipun ia yakin Lancelot pasti bisa menjaga rahasia lebih baik darinya. Biarlah waktu yang menjawab semuanya, semoga masih belum terlambat.

****

"Farkas, kau yakin kita akan menginap dua hari disini?" Lin menatap bangunan di depannya dengan takjub. Ia tidak menyangka akan tinggal di tempat seperti ini.

"Ya, Kai bilang kita harus tinggal disini." Terry membuka pintu gerbang dan seketika itulah semua pelayan menunduk hormat kearah mereka. Kai memang sempat bertemu mereka, hanya lima menit tidak lebih. Ia datang untuk memberikan pesan untuk tidak tinggal sementara di masion de Hillburg karena ia yakin Arthur pasti akan mencari kesana.

"Selamat datang Tuan Muda Terryus Fadgined." Pelayan itu membungkuk hormat menyambut Terry.

"Terry bukankah kau bilang, ayahmu itu sungguh kejam hingga ingin membunuhmu?" Lin berbisik pada Terry. Ia menatap takut para pelayan itu.

"Ini rumahku sebenarnya Lin. Rumah kedua orang tuaku yang asli. Bukankah sudah kukatakan orang itu yang menampungku sejak kecil. Para knight memang harus dipisahkan oleh kedua orang tuanya hingga mereka cukup umur dan menjadi seorang knight. Inilah aku dan inilah kehidupanku yang sebenarnya. Dan disinilah rumahku." Terry tersenyum manis.

"Ahh.. kukira ini rumah orang yang mengaku sebagai orang tuamu itu." Lin berjalan bersebelahan dengan Terry dan disamping Lin berjalan Farkas yang tampak biasa saja.

"Aku juga tidak pernah sudi kembali ke rumah orang bejat itu." Gerutu Terry.

"Siapkan kamarku dan kamar untuk kedua tamuku. Siapkan kamar mereka yang berdekatan dengan kamarku." Perintah Terry.

Para pelayan itu mengangguk dan langsung berhamburan. Salah satunya mengiringi langkah kami menuju ruang makan. Disana sudah tersaji berbagai makanan yang tampak sangat lezat.

"Mana orang tuaku?"

"Mereka sedang dalam perjalanan Tuan Muda, mereka tidak akan kembali sementara waktu." Pelayan itu membungkuk hormat sebelum keluar dari ruang makan saat menerima isyarat Terry agar mereka ditinggalkan.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang