Part 71

585 91 25
                                    

Siapa yang kangen sama Fantasy Knight????!!!
Muehehehe... siapa aja yang kangen maafkan daku. Aku kan baru masuk kampus nihh.... sebagai maba yang baik tentu aja banyak kegiatan dan aku sibuk banget... aku ngetik ini aja pas lagi praktek di lab komputer, nyicil gitu... di rumah sudah gak bisa ngetik, megang laptop cuma buat presentasi sama cari bahan riset... ini untuk mengobati kangen kalian. Untuk episode selanjutnya aku gak tau bisa update kapan. Yang pastinya sloowww update. Mungkin sebulan atau dua bulan tapi bisa juga tiga bulan, ditunggu aja ya genggsss!!!


"Apa itu?" Farkas bertanya entah kepada siapa saja yang dapat menjawab pertanyaannya.

"Jangan tanya aku." Terry menyela saat Farkas melihat ke arahnya. "Aku juga tidak tahu." Ucapnya lemah saat melihat simbol berbentuk gerbang itu meredup.

***

"Gerbang itu? Aku merasa pernah melihatnya." Lancelot bergumam pelan. Simbol di gerbang besar itu meredup dan masuk ke sayap Arthur. Arthur lalu mencabut pedangnya dan menyatukannya dengan sarung pedang yang ternyata ukurannya menyusut dari ukuran aslinya hingga pas membungkus pedang tersebut.

Sayap yang berada di punggung Arthur melebur menjadi cahaya dan masuk ke dalam sarung pedang tersebut. Pedang tersebut bercahaya menyilaukan dan terangkat dengan sendirinya dan masuk ke dalam gerbang yang masih berpendar redup.

"Pedang itu? Masuk ke dalam cahaya itu. Tidak! Tidak! Maksudku gerbang itu. Apa yang sebenarnya terjadi disini?" Ucap Farkas histeris. Pertarunagn di sekitarnya terhenti sejenak saat melihat cahaya kemurkaan Arthur.

Saat gerbang itu mengilang sepenuhnya hingga membentuk satu bola cahaya dan menuju ke arah Arthur.

"Pedangnya hilang?" Farkas bergumam lagi. Perasaannya pedang tadi masuk ke dalam gerbang cahaya yang bersimbol itu, terus tidak lama kemudian gerbang itu meredup dan meyisakan satu bola cahaya yang sekarang sudah dipegang oleh Rajanya dengan pandangan sendu. Seolah tidak rela.

"Tidak. Pedang itu tidak hilang." Lancelot membuka suaranya.

"Saat aku dalam perjalananku. Aku pernah mendengar rumor semacam ini." Terry ikut membuka suara setelah melihat Arthur yang tampak memandangi bola itu dengan perasaan sedih. "Bola yang dipegang Raja Arthur adalah jiwa yang paling dicintainya. Aku tidak tahu apa itu. Yang pasti teknik tadi adalah ritual pemanggilan jiwa. Sangat terlarang. Dan hanya beberapa orang istimewa saja yang bisa melakukan itu. Mereka hanya butuh mengorbankan apa yang mereka miliki untuk memanggil jiwa. Dan Raja Arthur mengorbankan pedangnya."

"Bagaimana dia bisa berperang jika dia mengorbankan satu-satunya alat yang dibutuhkan untuk berperang." Ucap Farkas tak habis pikir. "Kecuali ia bisa menggunakan panah Lady Lin Ling. Setahuku panah itu hanya bisa dipakai oleh Lady Lin Ling."

Terry memukul keras kepala Farkas yang lemotnya baru muncul sekarang. "Kau pikir dia mengorbankan pedangnya untuk satu jiwa yang dia sendiri tidak tahu itu jiwa apa? Jangan bodoh!" Terry berujar sinis. "Itu jiwa pedangnya. Dia ingin menyatukan jiwa pedangnya dengan tongkat yang sekarang sudah dipegangnya. Pedang itu memang dicintainya karena ada sarung pedang yang merupakan peninggalan Yang Mulia Ratu Lin Ling." Terry menghela nafas melihat Farkas yang hanya diam sembari mengusap-usap bekas tamparan Terry di kepalanya.

Arthur meletakkan cahaya putih itu di ujung tongkatnya. Perlahan-lahan, ujung tongkat itu berpendar cahaya biru bercampur emas yang sangat terang.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang