Part 4

2.8K 255 4
                                    

"Apakah semua dinding rumah ini terbuat dari permen?" Tanyaku penasaran. Mataku mengamati satu persatu permen yang ada di dinding rumah tersebut.

"Benar sekali. Kamu akan sendirian mulai sekarang. Selalu ingat pesanku agar tidak memakan permen yang diberikannya atau yang berada dirumah itu, jika kamu memakannya kamu akan berubah menjadi permen juga," jelas Merlin.

"Baiklah Merlin. Aku akan berusaha."

"Pintunya terbuat dari permen strawberry, apakah benar penyihir jahat itu tinggal disini, apakah wajahnya seperti yang ada di dalam dongeng? Sudahlah jangan memikirkan itu!" Batinku seraya menggelengkan kepalaku kuat-kuat untuk menempis pikiran itu.

"Apakah kamu tersesat, tamuku? Silakan masuk dan beristirahat." Sebuah suara hangat menyapaku sewaktu aku ingin membuka pintu berwarna merah yang terlihat enak itu.

"Wahh... Kamu cantik sekali gadis kecil!"

Aku hanya tersipu saat Ia mengatakan bahwa aku cantik. "Dia terlihat baik, tidak seperti yang aku bayangkan, penampilannya tidak sama seperti yang ada di dalam dongeng-dongeng tentang penyihir," batinku sambil terus menatap penyihir itu lekat-lekat, penyihir itu terlihat tua dengan rambut memutih yang disanggulnha tinggi tapi wajahnya tidak menyiratkan seperti nenek yang jahat justru terlihat seperti nenek yang baik hati dan penyayang anak-anak.

"Kesinilah gadis manis dan cobalah permen-permenku ini. Kau pasti akan sangat menyukainya!" Kata penyihir itu antusias sambil menyodorkan semangkuk permen kepadaku.

"Siapa juga yang mau makan permen itu!" Gerutuku dalam hati.

"Terimakasih, tetapi saya hanya memakan permen kesukaan saya saja, permen ini sangat enak dan tinggal satu saja yang saya punya."

Seketika aku selesai mengucapkan itu mata penyihir tua itu langsung berbinar-binar. "Benarkah?"

"Apakah anda mau mencobanya?" Tanyaku sambil menyodorkan permen yang kumaksud kepada penyihir itu.

"Baiklah." Penyihir itu langsung mengambil permen yang ada di tanganku dan langsung memakannya.

"Ini sangat lembut dan manis, rasanya sangat enak, aku tidak pernah merasakan permen yang sangat lembut seperti ini sebelumnya!" Kata penyihir tua itu kegirangan.

"Jelas saja kamu menyukainya, permen kapas kan hanya ada di duniaku saja," batinku sambil melihat sang penyihir yang kegirangan seperti anak kecil saat memakan permen kapasku.

"Gadis kecil aku sangat menyukai permenmu. Bagaimana jika kita tukaran?"

"Baiklah tapi dengan satu syarat, aku diperbolehkan mengambil sendiri permennya," kataku mengusulkan sambil tersenyum sedikit.

"Ba—baiklah. Sekarang lihatlah semua permenku dan pilihlah sendiri sesuai kesukaanmu," Kata penyihir itu sambil menunjukkan ku semua koleksi permen-permennya.

"Semuanya berasa buah! Warna hijau rasa apel, warna biru rasa blueberry, warna merah rasa stawberry, warna orange rasa orange dan warna ungu rasa anggur. Hmmm... Yang mana yanh harus kupilih!!!" Teriakku dalam hati. Aku benar-benar frustasi melihat permen sebanyak ini. Bagaimana aku dapat menemukan pangeran itu coba?

"Tapi tunggu dulu~Pangeran Arthur pasti tahanan yang paling berharga bagi penyihir itu, petunjuknya pasti ada dari penyihir itu," batinku sambil berpikir ulang.

"Rasa apa yang anda suka?"

"Saya suka rasa apel," Seru penyihir itu tanpa pikir panjang.

"Disana tidak terlalu banyak permen berwarna hijau," batinku lagi sambil kembali menatap permen itu.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang