Part 74

637 99 55
                                    

Hai haii... aku cuma mau bilang jangan bosen dengan cerita ini yaa... chapter ini banyak dipenuhi narasi, semoga kalian semua tidak bosan dengan kisahnya. Happy reading!!



"Mencari penggantiku? Waktu kita cuma sehari bahkan hanya beberapa jam. Aku saja butuh waktu lama untuk menghapal naskah, bagaimana dengan penggantiku? Apakah ia bisa menghapal naskah dalam waktu sehari." Kanata menggeram kesal. "Keputusanku sudah final, biar aku saja yang memerankannya. Aku janji tidak akan memaksakan diriku. Apabila aku sudah tidak kuat aku akan berhenti."

"Dan kau akan merusak pertunjukkan ini jika kau tiba-tiba pingsan di tengah panggung." Dinh menyahut dengan sinis sebelum ia tampak merenung. "Sebenarnya ada seseorang, tapi aku tidak berani meminta tolong padanya."

"Siapa?"

"Luc. Lucien Consgrens."

"Lucien? Kau bercanda?" Kanata terperangah. Ia tidak menyangka kalau isi pikiran Dinh ternyata segila itu. Mana mau Lucien terlibat dalam drama seperti ini. Yang ada malah mereka semua dihajarnya. Tidak, dihajar masih lebih mending, bisa-bisa mereka semua masuk rumah sakit atau yang lebih buruk lagi masuk kubur.

"Aku tidak bercanda." Dinh mendecak kesal.

"Tapi ia bukan dari kelas kita Dinh. Dia tidak mungkin mau." Kanata menatap Dinh aneh. Bisa-bisanya juga dia mengusulkan hal yang tidak masuk akal. "Lagipula ia pangeran sekolah, mana mau ia mengikuti hal-hal remeh macam ini."

"Mau bagaimana lagi. Aku mendengar hanya Lucien yang tidak terlihat dalam festival sekolah." Dinh mengangkat bahunya acuh.

"Bukan tidak terlibat tapi tidak ada yang berani menyuruhnya." Kanata mengoreksi. "Lagipula ini pertunjukkan kelas kita. Kita tidak boleh meminta bantuan dari kelas lain karena akan mengurangi poin kita."

Dinh menghela nafas. "Tapi cuma Lucien yang cukup pintar untuk menghapal naskah secara cepat. Ia berbakat meski masih kalah dari Scarstaight."

"Aku mengerti. Tapi coba kau pikirkan, mana bisa kita meminta tolong pada Lucien. Ia tidak suka disuruh apalagi dimintai macam gini."

Memang benar kata Kanata. Tidak ada yang bisa menggantikannya bermain peran. Apalagi waktu mereka semakin sempit, tidak ada kesempatan lagi untuk membaca naskah. Pertunjukan tinggal hitungan jam.

"Umm Kanata, Dinh." Panggil Lin Ling pela.

"Kenapa Lin?"

"Aku ingin ke UKS sebentar."

"Kenapa? Ada yang sakit?"

Lin Ling menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku ingin memperban kembali kaki Kanata yang retak itu. Kalau tidak diperban bisa-bisa malah tambah parah. Tenang saja aku tidak akan lama."

"Baiklah. Kau boleh pergi, hati-hati dengan make up-mu. Jangan sampai luntur. Kita tidak punya waktu lagi untuk memperbaikinya." Dinh memperingatkan sebelum melambaikan tangannya saat melihat Lin Ling yang mulai menjauh.

"Sekarang Lin Ling mau mengambil perban untukku. Seharusnya tidak kuberitahu kalian." Kanata tampak putus asa. Hanya mereka bertiga yang tahu mengenai hal ini.

"Sisa kelas kita hanya Scarstaight yang belum mendapat peran. Tapi aku tidak tahu ia masuk atau tidak hari ini. Yang datang tadi hanya assistantnya saja mengabari kalau Scarstaight akan mulai bersekolah."

"Kalian membicarakanku?" Seseorang muncul dari belakang Dinh. Ia tersenyum tapi senyumnya tidak sampai ke matanya. Tangannya dimasukkan ke dalam kantong seragam sekolahnya.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang