Aku benar-benar berterima kasih kepada Merlin karena dengan penjelasannya kepada orang-orang, mereka tidak curiga sama sekali dengan kepergianku yang mendadak beberapa tahun yang lalu. Dia memang sangat berguna. Setidaknya untuk hal remeh semacam ini.
Cahaya sang surya menembus ruang makan, aku tidak dapat melihat wajah Arthur dengan jelas, hanya perasaanku mengatakan bahwa Arthur sama sekai tidak menyukai aku kembali lagi kesini. Ke istana ini.
"Lin, kamu akan mulai berlatih sihir, teknik berpedang, berkuda mulai besok," kata Merlin.
"Whatt...!? That fast?" Seruku kaget.
"Aku akan mulai sibuk belakangan ini, jadi Arthur yang akan melatih perkembanganmu selama aku tidak ada," Merlin melanjutkan perkataannya dan mengabaikan protes dariku.
"Teacher, I don't want to train stupid girl like her!" Ucap Arthur sinis, ia membuang mukanya dan tak melihat Merlin sama sekali. Matanya hanya fokus menatap makanan di depannya. Tak sekalipun berpaling atau bahkan melirik kesini.
"Like I want your help," ucapku tak kalah sinis.
"You will not to listen to me anymore, Arthur?" Tanya Merlin sambil menatapnya dengan tajam.
"Okay. Fine, I will do that," jawabnya setengah hati.
"You can do anything to train her," jelas Merlin sambil tersenyum.
"So? If she fails, it's up to me right?"
"Of course."
"Hey stupid girl, you heard itu, right? Jika kamu tidak belajar sungguh-sungguh jangan salahkan aku apabila aku melakukan something to you," kata Arthur sambil menatapku dengan senyum yang mengerikan.
"This... this.... Kai please help me!" Mataku menatap Kai dengan tatapan memohon. Batinku berteriak memohon pertolongan.
"What about me? Aku juga bisa melatihnya," Kai menunjuk dirinya sendiri setelah melihat tatapan mataku, Kai memang benar-benar dewa penyelamatku dari Arthur.
"Hahaha... aku lebih menyukai Kai," sahutku.
"Baiklah. Both of you, mereka berdua dapat melatihmu," jawab Merlin santai.
"Thank's God! akan lebih baik bila ada telur. Aku akan memakannya dan hilang, terus aku tidak akan kembali lagi kesini," pikiranku campur aduk.
"Haizzz... Is there really no egg here?" Aku mengeluh. "Huhh?? What?? I says something wrong?" Kataku sewaktu menyadari bahwa semua orang dimeja makan terlihat ketakutan.
"Egg~egg~" Arthur menggebrak meja dengan keras kemudian pergi berlalu dari ruang makan, amarah terlihat dengan jelas dimata ungunya. Suaranya masih sarat akan emosi, tapi Arthur lebih memilih pergi daripada menimbulkan pro dan kontra.
"Apa yang terjadi padanya?" Pikiranku agak tidak singkron. Reaksi Arthur sangat berlebihan. Agak aneh saja melihatnya seperti itu.
"Lin, bukan kah aku mengatakan padamu jangan mengingatkannya tentang telur? Apa dia akan berbuat kekacauan lagi? Sama seperti yang lalu?" Ucap Kai prihatin. Matanya tak lepas dari tempat Arthur pergi meninggalkan kita semua terakhir kali.
"Apa hubungan Arthur dengan telur?" jawabku takut-takut.
"You want to know? Everything because of you," jawab Merlin tenang, matanya menatapku dengan pandangan yang jernih.
"Wh—What?"
"Seseorang tiba-tiba menghilang karena dia memakan telur pemberiannya sebagai hadiah yang diberikannya kepada orang iru dengan tulus. Just think about it, Lin. Apakah dia dapat menahan rasa shock yang diterimanya saat itu? Dia sangat takut saat itu, kami susah sekali menenangkannya, dia selalu meronta dan meracau setiap malam ingin mencarimu. Kehilanganmu membuatnya gila dan frustasi. Untunglah beberapa tahun ini Arthur sudah kembali seperti semula tapi kami masih takut menyinggung tentang telur padanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/61819726-288-k259085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy Knight
FantasyLin hanya seorang anak SMA biasa, tidak terkenal, biasa-biasa saja bahkan sering di bully. Dihari pindahannya ke sekolah baru, Lin mendapatkan sebuah video game yang mengirim dia ke sebuah dunia dimana dia menemukan penyihir dan memberi tau dia bahw...