Part 31

2K 135 9
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca ^.^
_____________________________________

"Linnnnnnn!"

"Ooh... Hai Farkas, hai Rose," jawabku dengan tenang lalu melangkah menghampiri mereka.

"Cuma hai? Kamu kemana sajaaa Linn! Semalaman aku mencarimu di seluruh istana. Semalaman Lin, tapi kau tidak ada. Kau membuatku sangat panik tahu. Aku tidak dapat mencarimu di arena terlarang yang cuma boleh dimasuki anggota kerajaan. Kau darimana saja?" Seru Rose bertubi-tubi. Dia langsung menubrukkan tubuhnya kepadaku dan memelukku dengan sangat erat.

"Aku baik-baik saja Rose, terimakasih telah mencemaskanku," jawabku. Dia melepaskan pelukannya. Matanya sudah berurai air mata. Baru sekali aku dicemaskan orang sampai sebegininya, membuatku terharu saja karena aku anak yang tidak pernah beruntung merasa dicintai pun aku tidak pernah.

"Kau dari mana saja Lin? Bahkan Kai dan Lancelot bilang mereka tidak melihatmu lagi saat Pangeran Arthur keluar untuk tidak mengikuti lanjutan pesta lagi," kata Farkas sambil menatapku dalam-dalam. Aku hanya menghendikkan bahuku lalu mengalihkan pandanganku kepada Arthur yang baru saja keluar dari lorong istana sama dengan aku keluar. Membuat Rose dan Farkas mengernyit heran lalu memandangku tapi aku abaikan karena pandanganku terpaku pada Arthur.

"Jangan memandangku seperti ingin memakanku hidup-hidup," gerutu Arthur, dia hanya berjalan terus menuju meja perjamuan tempat kami sarapan pagi. Aku mengernyit mendengarnya, "Bukan ingin memakanmu hidup-hidup melainkan aku ingin memutilasimu sampai tak berbentuk lagi," gerutuku dalam hati, tapi kakiku tetap melangkah mengikuti Arthur berjalan menuju ruang makan. Sedangkan Rose dan Farkas hanya mematung di tempat mereka berdiri, bergantian menatapku dengan Arthur.

"Ayo, Rose, Farkas, jangan melamun disana. Kita pergi sarapan dulu baru membicarakan kemana saja aku pergi semalam, tapi sebelum kalian menyalahkanku, kumohon untuk menyalahkan Arthur terlebih dahulu," gerutuku lalu berjalan mengikuti Arthur yang sudah berjalan lumayan jauh didepanku, tidak menghiraukan perdebatan yang terjadi di belakang punggungnya.

****

"Apa saja yang kau lakukan berdua saja dikamar dengan Raja Arthur hmm...?" Bisik Rose antusias. Aku hanya tersenyum masam.

"Darimana kau tahu aku hanya berdua saja dengan Arthur dikamar?" Kataku gelagapan, seperti kucing yang ketangkap basah mencuri ikan.

"Karena tadi kau baru saja keluar dari lorong yang sama dengan Raja Arthur dan itu adalah arena terlarang, kau tahu Lin arena itu hanya boleh dimasuki oleh para anggota kerajaan atau salah satu dari anggota kerajaan itu memberi izinnya untuk memasuki arena rahasianya, para knight tertinggi seperti kami saja belum tentu boleh memasuki arena itu kecuali Raja Arthur sendiri yang menyuruh kami atau memberi kami izin dan kau Lin dengan seenaknya keluar masuk arena itu tanpa ada hambatan yang berarti, jadi aku yakin kau pasti ada apa-apa dengan Raja Arthur berdua saja tadi malam," bisik Rose lagi, matanya menangkap Arthur yang dengan santai memakan sarapannya, tak satu kalipun menoleh ke arah kami berdua.

"Aku tidak melakukan apa-apa di dalam sana," jawabku datar, berusaha menutupi kegugupanku.

"Ahh... Aku tidak percaya Lin," kata Rose menggodaku dan menegaskan kata 'tidak'. "Aku yakin kalian pasti melakukan apa-apa. Tidak mungkin kan kau tidak melakukan apa-apa di dalam sana, apalagi hanya kalian berdua di dalam sana, paling minim kalian tidur berdua," sahut Rose jahil.

"Jangan membahas itu lagi Rose," kataku pelan, lalu menutup mukaku yang mulai memerah dengan kedua tanganku.

"Lancelot, kau tahu dimana Merlin?" Tanyaku mengalihkan perhatian Rose yang terus saja menggodaku tentang kejadian tadi malam yang membuatku malu setengah mati.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang