Part 61

1.1K 105 10
                                    

Maaf lama update, sebenarnya aku sama sekali gak bermaksud lama tapi kesibukan di dunia nyata memang tak bisa dihindari. Mulai dari bangun pagi sampai mau tidur lagi, aku sama sekali gak ada waktu untuk menulis cerita. Di sela-sela waktu kosongku yang memang sedikit, kuluangkan untuk menulis satu chapter ini. Memang sulit curi-curi waktu tapi apa dayanya? Hanya waktu yang sedikit itulah yang tersisa.

Jadi untuk itu, aku mau izin HIATUS dulu sampai waktu yang tidak ditentukan, aku berharap sih gak bakalan lama untuk meninggalkan dunia penuh impian dan imajinasi ini. Untuk ini aku mohon maaf sebesar-besarnya bukan karena aku bermaksud PHP atau apa... tapi memang tugasku sangat banyak apalagi mau mendekati ulangan semester, makin bertumpuk tugasku belum lagi kalau disuruh presentasi, bisa berhari-hari menyiapkan bahan.

Selamat bertemu di lain waktu. Adios!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ling Ling berusaha mengalihkan wajahnya, tidak berani memandang Arthur yang menatapnya tajam. Seakan Arthur ingin memangsanya.

"Katakan padaku, siapa yang mengucilkanmu? Mengejekmu atau apapun itu. Siapa? Katakan!" Ucap Arthur dengan suara rendah. Manik ungunya berkilat dingin.

"Tidak ada Yang Mulia~itu hanya pengandaian saja." Lin Ling berusaha mengelak. Memandang Arthur melewati bulu mata lentiknya.

Arthur melepaskan cengkramannya sebagai gantinya ia meranggul pinggang Lin Ling hingga menempel erat di tubuhnya.

"Yang Mulia, jangan disini. Disini terlalu banyak orang." Lin Ling berusaha melepaskan pegangan tangan Arthur.

Arthur tidak mengubris ucapan Lin Ling, matanya menjelajah wajah kekasihnya. Ada campuran antara rasa tak enak, khawatir dan takut.

Arthur menggertakkan giginya, rahangnya mengeras. Ia tahu pasti Lin Ling menyembunyikan sesuatu darinya. Dan Lin Ling pasti tidak ingin ia mengetahuinya.

Lin Ling menatap Arthur takut-takut. Ia memang menyembunyikan sesuatu tapi belum saatnya Arthur tahu.

Arthur memutuskan untuk melepaskan Lin Ling, lagipula ia tahu Lin Ling, kekasihnya itu tidak bisa dipaksa. Ia bisa saja mencari tahu nanti, tapi yang ada di otaknya sekarang adalah secepatnya berperang melawan Rome untuk mengambil England di bawah kuasanya lalu ia bisa mengikat Lin Ling secepatnya sebelum waktunya di dunia ini habis.

Pikirannya ini membuat Arthur tersenyum. Matanya menatap gadis di depannya dengan lembut, tangannya menangkup pipi Lin Ling. "Aku ingin segera mengikatmu." Bisik Arthur. Wajahnya hanya berjarak sejengkal dari wajah Lin Ling. Bahkan hembusan nafas mereka beradu.

Wajah Lin Ling memerah, matanya menatap Arthur dengan sayu. "Saya juga menantikan hal itu Yang Mulia," bisik Lin Ling balik. Ia tersenyum lembut.

"Ehemm... Yang Mulia Raja Arthur, anda bisa berduaan dan bertukar cinta nanti setelah pesta ini usai." Kai mengintrupsi sambil terkikik geli. Rambut coklatnya bergoyang mengikuti arah kepalanya. Bahunya sedikit begetar.

Wajah Arthur berubah masam. Ditariknya tubuh Lin Ling mendekat dan dipeluknya dengan erat. Lin Ling menyembunyikan wajahnya yang memerah di balik dada bidang Arthur. Ia tak punya muka lagi untuk menghadapi Kai setelah ini.

"Dasar pengganggu!" Desis Arthur jengkel.

"Ah ah ah... tidak boleh mengumpat seperti itu Yang Mulia. Apa anda tidak malu dilihat calon istri anda?" Kai menggoyang-goyangkan telunjuknya di hadapan Arthur. Ia tersenyum setengah mengejek setengah lagi menahan tawa.

"Lalu untuk apa kau kesini?" Tanya Arthur pedas.

Kai tersenyum jahil. "Anda tidak boleh memonopoli gadis cantik ini sendirian Yang Mulia. Kami bahkan belum mengobrol dengannya dan anda sudah menariknya menjauh dari kami. Bahkan tak membiarkan kami mendekat." Kai berwajah pura-pura merajuk. Ia mengedarkan pandangannya kesekeliling hingga matanya bertemu dengan Farkas dan yang lainnya lalu mengedipkan matanya tanda rencana mereka berhasil.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang