Part 68

572 72 23
                                    

Lin Ling mengencangkan zirah besi yang terpasang di tubuh mungilnya, rambut hitamnya diangkat tinggi-tinggi dan dijadikan satu membentuk ekor kuda. Ia merapalkan mantra agar busur panahnya keluar dan memegangnya erat di ditangan.

"Sudah siap?" Farkas datang menghampiri Lin Ling. Ia terlihat memukau dengan zirah besinya, tampak gagah. Rambut ungunya yang panjang di ikat setengah.

"Mungkin." Lin Ling mengangkat kedua pundaknya. "Aku hanya gugup saja." Lin Ling menggosok-gosok kedua tangannya. Uap dingin tampak keluar dari sela-sela hidung dan mulutnya. Matahari masih belum muncul. Kalau di dunia manusia, Lin Ling bisa memperkirakan kalau ini baru jam 3 subuh.

"Tidak perlu cemas, aku ada disini untuk menjagamu," ucap Terry dari belakang.

Lin Ling berjingkat kaget. Tangannya dengan refleks memegang dadanya. "Kau membuatku kaget," gumam Lin Ling pelan. Terry kerepotan dengan baju zirahnya yang tampak berat. Ia memang meminjam zirah itu dari salah satu kenalannya yang cenderung memiliki badan yang lebih besar dari Terry. Alhasil, zirah itu tampak kebesaran di badannya.

"Kau harus terbiasa dengan kehadiranku." Terry terkikik pelan. Lin Ling mengamati Terry yang tampak kepayahan. Terbesit sedikit rasa kasihan padanya. Apakah ia bisa berperang dengan zirah yang melebihi bobot tubuhnya sendiri?

"Kenapa memandangku seperti itu?" Terry menaikkan sebelah alisnya. Rambut soft bluenya tampak berkibar, Terry membiarkan rambut panjangnya terurai hingga menyentuh pinggang. Helaiannya tampak putih saat terkena cahaya lampu tenda.

"Kau tampak tidak nyaman mengenakan zirah itu." Lin Ling menyuarakan pikirannya. Farkas tampak ikut mengamati Terry lalu mengangguk-angguk.

"Memang." Terry mengangguk setuju.

"Tidak terganggu dengan zirah itu? Mau diganti dengan yang lain? Mungkin ukuran kita pas. Aku punya simpanan cadangan di tendaku. Kalau kau mau." Farkas menawarkan.

Terry mengangguk. "Kalau tidak merepotkan."

"Ambil saja di tendaku. Di dekat meja paling ujung sebelah kanan, agak tersembunyi."

Terry mengiyakan. Ia berjalan ke tenda Farkas sambil melepas baju zirahnya yang kebesaran itu.

"Di seperti tidak pernah berperang saja." Farkas menggerutu melihat tingkah laku Terry.

"Dia memang tidak pernah berperang. Apalagi perang besar seperti ini." Lin Ling mengoreksi. "Mungkin Terry hanya tidak terbiasa mengenakan zirah. Mengingat setiap kali ia ikut campur, ia selalu mengenakan pakaian panjang sehari-harinya."

"Tidak pernah! Waoo... dia punya skill yang sungguh menakjubkan untuk ukuran orang yang tidak pernah ikut berperang." Farkas tampak takjub. "Nanti kuminta ia berlatih tanding denganku. Aku ingin melihat kemampuannya."

Lin Ling hanya mengangkat bahu bertepatan saat Kai kekuar dari tendanya.

"Apa kabar?" Seru Kai heboh. Ia berjalan menghampiri Lin Ling dan Farkas berada.

"Baru sampai?"

"Yap." Kai menganggukkan kepala dengan semangat. "Aku baru balik dan hendak melapor."

"Bagaimana keadaan di perbatasan?"

"Buruk." Kai menyahut. "Api dimana-mana. Aku tidak yakin kita bisa kembali tanpa cedera." Kai memandang Lin Ling dengan intens. "Mungkin saja salah satu diantara kita bisa saja mati."

Lin Ling menundukkan kepalanya. "Jangan takut Lin. Aku ada disisimu." Kai menepuk puncak kepala Lin layaknya anak kecil yang tengah merajuk.

Farkas terkekeh geli saat melihat wajah Kai yang tampak serius. "Tidak perlu memasang ekspresi seserius itu, brother. Kau tidak cocok dengan ekspresi seperti itu. Lagipula Lin tidak sendirian, ada kita bersama dengannya." Farkas menepuk dadanya.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang