Part 24

2.2K 159 13
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca ^.^
________________________________

"Selamat pagi Terry, Farkas!"

"Pagi Lin," sahut Terry ramah.

"Pagi semuanya!"

"Pagi juga Rose," kataku sambil tersenyum lembut.

"Lin apa rencanamu untuk hari ini?" Tanya Farkas sambil memakan roti yang berada di depannya.

"Aku ingin pergi ke gereja St. Basilica untuk mengawasinya dari sana, kalau perkiraanku benar dia akan sampai siang ini, kau mau ikut denganku?"

"Tentu saja, dengan begitu aku dapat melihat orang yang kau kejar mati-matian itu," seru Farkas dengan nada menggoda.

"Diamlah!" Seruku dengan muka memerah.

"Lin, mungkinkah Arthur yang kau maksud adalah anak sulung dari Raja kita yang sudah meninggal itu?"

"Ya," jawabku cuek sambil tetap memakan rotiku.

"Apaaa?! Jadi itu Arthur yang kau maksud?" Seru Rose agak kaget.

"Kenapa? Kau mengenalnya?"

"Tentu saja aku mengenalnya, meskipun tidak pernah bertemu dengannya secara langsung," seru Rose dengan bersemangat. "Dari rumor yang beredar dan yang pasti masuk ke dalam telingaku ini, Pangeran Arthur itu sangat tampan bahkan ketampanannya melebihi Raja kita yang sudah meninggal itu, kemampuannya pun lumayan mengerikan, kemampuan berpedang serta memanahnya tidak bisa dianggap remeh bahkan bagi sesama knight," seru Rose berbinar-binar. "Jadi kau tinggal seatap dengan Pangeran Arthur? Bagaimana ceritanya kau bisa tinggal disana?"

"Seperti yang kuceritakan tadi malam, aku terdampar di dunia ini dan ditemukan Merlin dihutan, aku ditugaskan untuk meyelamatkan Arthur dan membantunya untuk menyelesaikan misi yang menyangkut cita-citanya, aku sudah berada disisinya sejak dia berumur tujuh tahun dan kalau kau bilang aku lebih muda daripada Arthur sebenarnya kau salah besar, memang umurku sekarang berbeda dua tahun lebih muda dengannya tapi sebenarnya umur kami jauh berbeda, sewaktu aku kembali ke dunia asalku, waktu disini sepertinya berjalan dengan sangat cepat, baru satu hari aku kembali ke duniaku saat aku kembali ke sini umur Arthur sudah 18 tahun. Sejak kecil Arthur memang sangat tampan dengan rambut kuning emasnya dan mata ungunya yang tajam, bahkan banyak orang istana Lord Luan yang terkagum-kagum dengan ketampanannya di istana dan sepertinya cuma aku satu-satunya orang yang membencinya dulu karena dia sangat arogan sekali sikapnya pun sangat angkuh dan dingin bahkan dia tidak pernah segan-segan menyiksaku dan mengataiku orang bodoh dan idiot saat latihan maupun saat-saat bukan latihan, pokoknya hariku penuh sekali karena selalu dikatainya orang bodoh. Hanya Kai dan Lancelot saja yang benar-benar baik dan pengertian padaku," ceritaku panjang lebar.

Rose hanya mengangguk-angguk sedangkan Farkas dan Terry hanya bisa terdiam mendengar percakapanku dengan Rose. Mungkin Terry sudah tahu bahwa aku berasal dari dunia lain karena aku hampir tak sadar mengucapkan kebenaran itu padanya, tapi Farkas sama sekali belum tahu, bahkan dia sudah menunjukkan ekspresi kebingungannya saat menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya yang tertera sangat jelas dimatanya.

"Lin apa yang kau maksud? Waktu begerak cepat disini? Kembali ke tempat asalmu? Tempat asalmu disimu bukan?" Akhirnya Farkas bersuara untuk mengutarakan kebingungannya yang sangat kentara. Dia melihat Terry sekilas yang diam saja seakan sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi disini.

"Kau akan tahu saat tiba saatnya nanti Farkas. Saat kau tahu semua itu mungkin disaat itulah aku sudah tidak berada lagi disini, waktuku disini sudah sangat sempit bahkan dapat dihitung dengan hitungan jari saja. Oleh sebab itu, kumohon pinjamkan aku kekuatanmu. Arthur mungkin akan sangat marah kepadaku saat dia mengetahui bahwa aku hanya tinggal beberapa hari saja disini, tapi dia akan menjadi Raja sebentar lagi dan dari sanalah misiku akan berakhir sepenuhnya," kataku sambil menatapnya mencoba meminta pengertiannya.

Fantasy KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang