Tak terasa hari berlalu dengan begitu cepatnya. Festival sekolah sebagian besar sudah rampung semua, drama kelas kami juga sudah siap. Kostum sudah dicocokkan dan dipaskan untuk setiap pemain. Bahkan kami masih sempat bercanda ria dalam menyiapkan semuanya.
Aku memandang puas. Hari ini, aku harus kembali ke sana untuk menepati janjiku dengan Arthur.
Aku pulang dengan hati riang. Berjalan masuk ke dalam kamar sambil membawa sebutir telur di tangan. Dengan merebahkan diri, aku memandang langit-langit kamar kemudian menghela nafas. "Akhirnya aku akan kembali." Gumamku pelan lalu memasukkan sebutir telur itu ke dalam mulutku. Selamat tinggal duniaku.
Wussshhh... Wusshhh...
"Selamat datang kembali Lin. Kenapa kau tidak bilang padaku hendak pulang ke duniamu hem?" Merlin duduk di depanku, tangannya menggenggam sebuah buku sihir tebal. Setelah kuperhatikan, aku berada di ruangan pribadi Merlin. Setidaknya aku kali ini jatuh di tempat yang benar, tidak seperti sebelum-sebelumnya.
"Maaf Merlin tapi aku harus kembali sebentar. Aku terlalu lama berada di sini sehingga aku mulai lupa keadaan disana. Bagaimana aku hidup disana. Bagaimana aku menjalani hidup disana. Aku hampir melupakan itu semua." Kepalaku tertunduk, memilin tanganku menjadi satu. Merlin berdiri dari tempat duduknya, diletakkannya buku yang dibacanya di atas meja. Dia berjalan kearahku lalu menepuk puncak kepalaku.
"Sudahlah, salahku juga menahanmu terlalu lama disini hingga melupakan bahwa kau punya kehidupan lain disana." Merlin tersenyum manis, senyum rasa bersalah.
Aku menggeleng kuat. "Kau tidak salah Merlin." Ucapku.
"Keluarlah, kau ingin menemui Arthur bukan? Ia tampak mengerikan akhir-akhir ini." Merlin terlihat mengulum senyum.
"Ohh... Merlin sebelum aku lupa kapan kita akan berperang melawan Saxon dan Dahl?"
"Perang? Ahh... besok." Merlin menjawab dengan santai. Aku menghela nafas lega setidaknya aku belum terlambat untuk menjalani kewajibanku.
"Aku keluar dulu Merlin. Selamat siang." Ucapku lalu berjalan keluar kamar.
"Selamat Siang Lin dan Selamat datang kembali."
"Terimakasih." Sahutku sebelum pintu ruangan Merlin tertutup.
****
Tok... tok...
"Masuk." Sahutan terdengar dari dalam. Suara yang sangat kurindukan.
Aku memutar kenop pintu lalu melangkahkan kakiku memasuki sebuah ruangan megah. Menemui orang yang sudah kutinggalkan seminggu penuh waktu di duniaku.
"Arthur? Aku kembali." Kataku pelan. Arthur mendongakkan wajahnya saat menatapku. Wajahnya menyiratkan tanda tak percaya. Dia hanya terpaku di tempat duduknya, tangannya yang menggenggam dokumen kerajaan terhenti di tengah jalan.
"Arthur?" Aku mengaburkan lamunannya, melangkah lebih dekat kearahnya.
"Lin? Aku tidak mimpi 'kan?" Ia terdengar meracau.
"Tidak. Kau tidak bermimpi sama sekali. Aku kembali Arthur!" Seruku lalu menghambur untuk memeluknya. Arthur langsung mendekapku dengan erat.
"Ohh... Lin." Arthur menciumi puncak kepalaku lalu turun kearah bibirku. Dia melumatnya pelan sebelum melepaskannya. "Aku merindukanmu." Bisikku di telinganya.
"Aku lebih merindukanmu." Ia kembali memelukku dengan erat, tak melepaskan barang sedikitpun.
Tak lama kemudian Arthur menarik pelukannya dan mendudukkanku di atas pangkuannya. Tangannya melingkari pinggangku dari belakang. Kepalanya diletakkan di atas bahuku. Hembusan nafasnya menggelitik leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy Knight
FantasyLin hanya seorang anak SMA biasa, tidak terkenal, biasa-biasa saja bahkan sering di bully. Dihari pindahannya ke sekolah baru, Lin mendapatkan sebuah video game yang mengirim dia ke sebuah dunia dimana dia menemukan penyihir dan memberi tau dia bahw...